PPK Balai Penyedia Perumah Sebut SDM Orang Sulteng “Rendah”

 

 

Bang Doel (deadline-news.com)-Palu-Fahrudin salah seorang mantan tenaga pendamping di Balai Penyedia Perumahan Sulawesi Tengah kepada deadline-news.com Kamis (16/2-2023), di Palu mengatakan salah seorang pejabat pembuat komitmen (PPK) bernama Ir.Musniar M.Silondae,ST,M.Si diduga “merendahkan” sumber daya manusia (SDM) orang Sulteng.

 

 

“Dalam sebuah kesempatan tahun lalu, Ibu Musniar menyebut SMD orang Sulteng “rendah dan lemah,” sehingga beberapa orang Palu – Sultebg tenaga pendamping di balai penyedia perumahan itu diberhentikan atau tidak diluluskan dalam tes penerimaan pendamping tahun 2023. Padahal sudah mengabdi sekitar 4 tahunan,”ujar lelaki yang akrab disapa Rudy itu.

Menurut Rudy banyak yang janggal timbul di PPK yang ditangani Musniar, disamping pernyataannya merendahkan orang sulteng, juga ada beberapa proyek ditanganinya patut diduga tidak sesuai rencana anggaran biaya (RAB).

“Misalnya proyek bedah rumah di beberapa tempat yang mestinya dindingnya menggunakan batako atau papan, tapi kenyataannya malah menggunakan seng. Sehingga ruangan dalam rumah warga panas suhunya,”jelas Rudy.

Kata Rudy dalam satu unit rumah dihargai Rp,20 jutaan. Diantaranya Rp,17,500,000 untuk biaya bahan bangunan. Dan Rp,2,500,000 untuk upah tukang.

Terkait pernyataan dan kinerja PPK Musniar kata Rudy pihaknya telah melaporkannya ke Ombusdman Sulteng.

“Kami telah melapor dan mengadu ke Ombudsman Sulteng terkait pernyataan ibu PPK Musniar yang menyebut SDM orang sulteng rendah dan lemah,”tegas Rudy.

Sementara itu Musniar M.Silodae yang dikonfirmasi via telepone di whatsAppnya Jumat (17/2-2023), mengaku tidak pernah melontarkan kalimat merendahkan SMD orang Sulteng.

“Maaf pak saya tidak pernah melontarkan kata-kata bahwa SDM orang Sulteng rendah dan lemah,”ucapnya mengklarifikasi.

Disinggung soal proyek bedah rumah di beberapa tempat, seperti di Tolitoli dan di Kepulauan Walea Tojo Unauna yang menggunakan dindidng Seng, Muniar menjelaskan biasa urusan bahan kesepakatan antara pemilik rumah dan pendamping.

“Kami hanya menyiapkan anggaran, dan mentransfer anggarannya ke pemilik rumah/toko setelah ada kwitansi bukti pembelian bahan bangunan dari toko. Jadi kami hanya serahkan uang tunai, soal pemilihan bahan bangunannya pihak pemilik rumah dan pendamping yang tahu,”jelas Murniati.

Ia mengatakan anggaran bedah rumah perunitnya sebesar Rp,20 jutaan. Sekitar Rp, 17,500,000 untuk pembelian bahan dan Rp, 2,500,000 untuk biaya tukang. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top