Proyek perbaikan jalan dalam kota Palu menjelang kunjungan Presiden Jokowi Dodo dan sejumlah tamu dari berbagai daerah 19 September 2015 lalu terus dikebut. Kehadiran para tamu kehormatan itu dalam rangka sail Tomini. Namun sayangnya proyek perbaikan jalan dalam kota Palu itu diduga asalan.
Bagaimana tidak? Setelah alat berat bekerja yakni menggali, lalu dilakukan penimbunan material dan terus diaspal tanpa pemadatan terlebih dahulu. Padahal kata seorang ahli pembangunan jalan, cara-cara seperti itu sangat merugikan masyarakat pengguna jalan. Sebab kwalitas pekerjaan jalan tersebut sangat rendah. Bukan itu saja, tapi ada kesan terburu-buru. Idealnya proyek perbaikan jalan itu harus dipadatkan terlebih dahulu kemudian diaspal.
Pembangunan jalan dalam kota Palu memang dibutuhkan dan penting. Hanya saja, prosedur lapangan misalnya pemadatan terlebih dahulu juga perlu dilakukan, sehingga jalan dalam kota dapat dinikmati para penggunanya dengan baik. Bukan seperti yang terjadi sekarang, sudah bergelombang dan akan cepat rusak. Sepertinya dinas pekerjaan umum kota Palu hanya kejar target, tapi tidak memperhatikan kwalitas. Padahal mestinya kwalitas juga perlu diperhatikan. Kwantitas memang perlu, tapi kwalitas juga tidak kala pentingnya.
Kerusakan sejumlah ruas jalan dalam kota memang perlu perhatian dinas Pekarjaan Umum (PU). Karena memang masih cukup banyak jalan dalam kota yang begitu rusak parah. Sebut saja jalan Tanjung Bulu di Palu Barat, jalan Glatik dan sebagian jalan tanggul di wilayah Palu selatan.
Perbaikan jalan dalam Kota memang rada-rada mendesak, hanya saja tidak sesuai anggaran yang tersedia dengan jumlah jalan yang perlu diperbaiki. Apalagi pemeilihan kepala daerah secara serentak 9 Desember 2015 ini banyak menyedot anggaran daerah. Sehingga Dinas PU sendiri katanya tidak mendapatkan anggaran tambahan. Akibatnya masih banyak jalan rusak dalam kota Palu butuh perbaikan. ***





































