ANDI ATTAS ABDULLAH (DEADLINE NEWS/KORANPEDOMAN.COM)-PARIMO-Sulteng-Pasar sentra Parigi ternyata sangat dibutuhkan masyarakat Parigi, khususnya para pedagang yang ada di pasar itu. Mulai dari pedagang sayur mayur, pedagang ikan, penjual daging, pedagang campuran, penjual barang pecah belah, penjual pakaian, dan makanan pokok mengaku sangat membutuhkan keberadaan pasar sentra Parigi itu. Kami sangat membutuhkan pasar sentra Parigi ini. Selain bangunannya bagus, kawasannya juga sangat luas. Hanya saja memang dibagian penjual pakaian sangat sepi pembeli,”ujar H.Kali.
Hal senada juga dikatakan H.Baktiar yang juga penjualan pakaian. Mereka mengaku sudah lebih dari satu tahun menempati pasar sentra Parigi yang baru itu. Menurut mereka suasana pasar bagus, hawanya juga sejuk, hanya saja mereka mengeluhkan kurangnya pembeli. Pasalnya antara gedung penjual pakaian dengan penjulan ikan dan sayur-sayuran cukup berjauhan. Padahal pengunjung pasar kebanyakan di pasar ikan dan sayur-sayuran. “Kami minta pemerintah memindahkan pasar ikan dan penjual sayur mayur dibagian los tengah-tengah, sehingga kami juga kebagian pembeli,”pinta Baktiar yang diamini H.Kali.
Hal serupa juga dirasakan H.Safei yang berprofesi penjual barang pecah belah seperti gelas, piring, tudung nasi, sendok, garpur dan sejenisnya yang merupakan kebutuhan rumah tangga. Kata H.Safei sejak pindah dari pasar lama ke pasar sentra yang baru itu pendapatannya menurun sekitar 50 persen perhari. Bahkan biasa tidak mendapatkan pembeli. Tapi apa hendak dikata karena persoalan rezeki Allah yang mengaturnya. “Jadi kita tetap bersyukur karena sedikit banyaknya itulah rezeki kita,” tuturnya.
Menurutnya penyebab berkurangnya pendapatan, mungkin karena faktor pasar sentral Parigi itu terlalu luas. Sedangkan mobilitas pengungjung pasar masih sangat sedikit. Selain itu lagi-lagi Safei mengatakan karena antara penjual kebutuhan sehari-hari sangat berjauhan dengan penjualan barang campuran, pecah belah dan pakaian, sehingga itu mungkin salah satu pengaruh menurunnya omzet kami. Hal yang sama juga ditegaskan Hj.Sorong yang tengah menunggui jualannya berupa kantong plastik, kebutuhan para penjual ikan, sayur mayur (ina-ina dan Mangge-Mangge). “Kasihan kami ini, kadang-kadang tidak dapat pembeli. Bahkan sudah ada tetangga kios saya disebelah tutup karena tidak adanya pembeli. Padahal kami sangat butuh pasar ini, tapi kalau begini pembeli sangat kurang, lama-lama macet juga dagangan kami. Olehnya pemerintah diminta menata ulang keberadaan para penjual. Khususnya penjual ikan dan Ina-Ina penjual sayur mayur yang menjadi penarik para pengunjung dan pembeli di pasar ini,”kata Hj.Sorong.
Lain halnya dengan Ina-Ina penjual sayur mayur, ikan dan daging justru sangat senang karena pembelinya tetap stabil. Adalah Ina Dariya dan Tante Ecce yang mewakil teman-temannya menuturkan hal itu kepada koran Deadline News/online koranpedoman.com Selasa (16/6-2016).
Pasar sentra Parigi telah menghabiskan anggaran kurang lebih Rp,30 miliyard, namun proyek pembangunan pasar moderen kabupaten Parigi Moutong itu masih terlihat belum sempurna. Masih ada dua bangunan yang belum rampung pengerjaannya dari 6 bangunan yang direncanakan.
Ketidak sempurnaan pembangunan pasar sentral Parigi itu diakui oleh Gubernur Sulteng Drs.H.Longki Djanggola, M.Si. Pasalnya pembangunan proyek pasar sentral itu dimulai sejak pemerintahan Drs.Longki Djanggola, M.Si sebagai Bupati Kabupaten Parigi Moutong. Tepatnya proyek pasar itu dimulai direncanakan pada tahun 2004 yang ditandai dengan study kelayakan. Kemudian tahun 2005, pembuatan master plan (desain pasar).
Pada bulan oktober 2005, terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang tentunya sangat berpengaruh bagi kelangsungan pekerjaan proyek pasar sentral Parigi nantinya. Maka dilakukanlah perubahan desain untuk mengikuti perubahan harga. Dan nanti dua tahun kemudian yakni 2007, baru proses pembangunan pasar itu dilakukan yang ditandai dengan adanya kontrak kerja.
Adalah PT.Waskita Karya yang memenangkan tender proyek senilai Rp, 21,9 miliyard itu. Dan dalam perjalanannya, proses pembangunan pasar sentra Parigi itu menuai masalah seiring naik lagi harga bahan bakar minyak (BBM) tahun 2008-2009, sehingga mengakibatkan ikut naiknya bahan baku seperti besi, semen dan atap.
Hal itu memaksa dilakukannya adendum perubahan harga. Tapi tidak mengurangi nilai kontrak sebersar Rp, 21,9 miliyard. Karena Longki telah terpilih menjadi Gubernur pada tahun 2011, maka tampuk kepemimpinan di Parimo dilanjutkan oleh wakilnya H.Syamsurizal Tombolotutu. Dengan demikian otomatis kelanjutan proyek pasar sentral sesuai rencana sebelumnya itu merupakan tanggungjawab pengganti Longki yakni Syamsurizal Tombolotutu.
Semasa pemerintahan Longki Djanggola di Parimo, proyek pasar sentral itu menggunakan dana pinjaman bank dunia sebesar Rp, 21,9 miliyard. Kemudian anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebesar Rp, 5 miliyar. APBD Parimo sebesar Rp, 5 miliyard itu dipergunakan untuk membiayai pembangunan pagar keliling, drainase, kantor pengelola pasar, yang saat ini menjadi Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Masjid dan MCK didalam kompleks pasar tersebut. Kemudian jaman Syamsurizal Tombolotutu ada ketambahan dana sebesar Rp, 4 miliyard. Sehingga total biaya proyek pasar sentral Parigi itu mencapai kurang lebih Rp, 30 miliyard. Proyek pasar sentral Parigi itu dibiayai oleh dana sharing bantuan pinjaman lunak bank dunia dan APBD Parimo. Demikian dijelaskan mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Parimo Ir.H.Saifullah Djafar, M.Si seperti diberita minggu lalu. ***