Kenapa Penyaluran Bantuan Harus Birokratis?

Jum’at (28/9-2018), cahaya Matahari mulai redup. Kegelapan malampun menelan sinar matahari yang tajam itu. Namun samar-samar masih nampak cahaya dilangi kota Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala).

Tepat waktu magrib masuk, pertanda segera ditunaikannya Salat Magrib, tentu saja puluhan warga berbondong-berbodong mengayunkan tangan melangkakan kaki menuju Masjid-masjid terdekat.

Menjelang Ikhomat, bumi bergoncang pertanda gempa bumi, yang diikutu air naik tiba-tiba setinggi 17 meter memecah dikegelapan malam, tak ketinggalan tanah ikut bergeser, berlari begitu cepat seakan tak mau kalah dengan si laut biru.

Adalah ribuan warga Palu, Sigi, dan Donggala (Pasigala) digulung dan ditelan sang bumi.

Ya! Gempa bumi, tsunami dan likuifaksi meluluhlantakkan bumi tadulako itu. Mayat-mayat bergelimpangan, ratusan bangunan hancur, kondisi Pasigalapun terlihat lumpu. Tak ada penerangan listrik, karena jaringan trasmisi dan gardu-gardu induk banyak yang rusak.

Akibatnya jaringan komunikasi terputus selamat 3 hari. Sanak saudara, handaitolan khawatir dan kebingungan menanti kabar berita, tentang keselamatan dan keadaan mereka yang berada di Palu, Sigi dan Donggala.

Gempa bumi di Pasigala berkekuatan 7,7 skala reckter yang diikuti tsunami dan tanah lumpur membuat traumatik yang berkepanjangan.

Ribuan warga Pasigala eksodus keluar daerah, dengan alasan menyelamatkan diri, mencari ketenangan dan kehidupan. pasalnya di Pasigala tidak ada jaminan keselamatan, jaminan hidup dan jaminan untuk mendapatkan pasokan makanan.

Apatalagi gempa bumi setiap saat datang, membuat hati dan perasaan makin cemas dan ketakutan, sehingga menimbulkan traumatic yang mendalam. Belum lagi penyaluran bantuan yang sangat birokratis.

Kata ketua kerukunan warga (RW) 1 Kelurahan Besusu Timur, Muliono mengeluhkan pembangian bantuan bantaun harus menggunakan administrasi kependudukan dan birokratis sekali.

Bayangkan untuk mengambil sembako yang katanya banyak dari daerah luar masuk ke Palu harus menyipkan KTP, KARTU KELUARGA, SURAT KETERANGAN RT dan Kelurahan. Syukur-syukur skck tidak dipersyaratkan.

Kenapa mesti birokrasinya berbelit-belit. Bukankah mereka yang mengungsi butuh segera makan, minum, untuk kelangsungan hidup mereka secara jangka pendek.

Distribusi bantuan sembako bagi pengungsi harus efektif, transparan, adil dan merata. Olehnya jangan terlalu birokratis, tapi harus segera. Kasihan mereka yang mengungsi di gunung-gunung, apalagi administrasi kependudukan mereka bisa jadi ketinggalan dirumah-rumah mereka, atau sudah hanyut diterjang tsunami dan ditelan bumi.

Jangan salahkan mereka jika memilih eksodus, menyelamatkan diri dari kematian. Lapar juga bisa membuat orang mati. olehnya penjarahan dihari pertama pasca gempa terjadi dimana-mana, karena mereka yang mengalami dampak gempa, tsunami dan tanah berlumpur itu, takut kelaparan, akibat pelayanan pembagian bantuan terpusat 1 pintu dan sangat birokrastis.

7 hari berlalu gempa, tsunami dan tanah berlumpur mengoyok, menerjang dan menenggelamkan manusia, rumah-rumah warga, dan ternak serta tanaman mereka.

Lalu haruskah kita bertahan disaat rumah, sanak saudara telah porak-poranda dan persedian makan dan minuman sudah tidak ada lagi?

Bukankah perut ini setiap hari harus diisi? Haus dan dahaga setiap saat harus dihilangkan dengan segelas air putih, kopi, teh dan susu. Kesehatan dan keselamatan harus terjamin.

Penyaluran bantuan jangan lagi dipersulit, dengan cara-cara yang birokratis. Mereka adalah saudara-saudara kita. Mereka butuh makan minum dan jaminan keselamatan serta kepastian mereka dalam keadaan sehat-sehat saja.

Hei para pemimpin di daerah ini, jangan jadi pecundang, jangan berpangku tangan dan tak memiliki kepekaan sosial bagi masyarakat sendiri.

Kalian yang katanya wakil rakyat dimana keberadaanmu. Kenapa tidak hadir ditengah-tengah masyarakat korban gempa, tsunami dan lumpur itu?

Pemimpin di daerah ini khususnya pak Walikota dan wakil walikota sapalah rakyat kalian, kunjungi mereka dikem-kem pengungsian. kros cek pastikan apakah mereka, sehat-sehat saja, apakah mereka telah mendapatkan bantuan?

Karena berkat mereka kalian bisa menikmati singgasana kehidupan yang nyaman, semua fasilitas tersedia, makan minum yang terjamin dari yang lainnya.

Dan pemimpin yang baik itu, mau berbagi kesusahan dan menikmati susah senang bersama. Bukan malah enak-enakan tidur di rumah jabatan yang ber-AC dengan fasilitas selengkap. Jangan tunggu rakyat marah baru kalian punya rasa. Semoga saja para pemimpin di daerah ini memiliki kepekaan social dan masyarakat Koran gempa bumi, tsunami dan likuifaksi. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top