Ilong (deadline-news.com)-Palusulteng-“Saya selaku Koordinator Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST) sangat mengapresiasi rencana tersebut, menurut saya Moment kedatangan Periseden pertama yang digelari Bung Besar tersebut harus segera dibuatkan monumen sejarahnya, karena tak banyak lagi generasi sekarang yang mengetahui peristiwa tersebut,”hal tersebut dikatakan Moh.Herianto kepada wartawan di salah satu caffe di Palu Ahad (12/1-2020).
Kata Herianto sebenarnya Historia berharap momen itu pula mengembalikan nama lapangan terbang Mutiara, sebagai satu-satunya Lapangan udara yang diberikan langsung oleh Bung Besar, Ir. Soekarno.
“Sejatinya Kedatangan Peresiden Soekarno Ke Palu terjadi pada tanggal 2 Oktober 1957. Soekarno bersama rombongan, mendarat di lapangan Udara Masovu dengan kawalan beberapa pesawat tempur milik AURI,”jelas Herianto.
Menurut Herianto setelah turun dari pesawat , Bung Karno disambut adat Paulu cinde, kemudian mendapat kalungan Bunga oleh Andi Tjetje Pettalolo Parampasi, lalu Presiden Bung Karno bersama rombongan beristirahat sejenak di Ruang Tunggu ditemani oleh tokoh-tokoh seperti Dj Sombah, Andi Aksa Tombolotutu, dan Rajawali Pusadan.
“Pada kesempatan itulah Bung Besar menggati nama Lapangan Udara dari masovu menjadi Mutiara, karena ketakjuban beliau melihat Palu dari udara yang tampak berkilau bak Mutiara,”terang Herianto.
Herianto menambahkan bahwa kunjungan tersebut, disambut meriah masyarakat Palu, yang berbondong-bondong datang ke lapangan Pacuan Kuda, yang saat ini telah menjadi taman GOR, tepat pukul Pukul 10.00. Wita, Bung Besar, Presiden pertama R.I, Ir. Soekarno itu berorasi di atas Podium, dengan menghadap ke arah utara.
“Isi pidato beliau mengajak untuk memerangi Permesta dan menjaga persatuan , lewat kemerdekaan yang telah di proklamasikan tanggal 17 agustus 1945,”tutur Herianto.
Kata Herianto, menurut penutur sejarah lokal, kesempatan itu adalah momen pertama kalinya Ir. Soekarno bertemu dengan tokoh perjuangan tanah Kaili Joto Daeng Pawinndu, setelah keduanya bertemu di Penjara Sukamiskin.
“Lewat Joto Daeng Pawindulah Presiden soekarno menitipkan Partai PNI untuk dibawa ke Palu, sekaligus menunjuk beliau sebagai ketua di Palu,”ujar Herianto. ***