Bang Doel (deadline-news.com)-Palusulteng- Direktur Reserse Narkoba (Dirnarkoba) Polda Sulteng Kombes Pol.Dodi Rahmawan menjawab deadline-news.com Kamis malam (31/10-2019) di salah satu warkop di Palu menegaskan perlu peran Lembaga adat Kaili sebagai sumber tertib sosial, mengajak kepedulian sosial bersama tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Kepemudaan dalam membantu aparat kepolisian menciptakan Kamtibmas yang kondusif dan bebas dari Narkoba.
Penegasan itu diungkapkan Kombes Pol Dodi disela-sela Diskusi Libu Ntodea dengan tema “Anak Dipengungsian Nasibmu Kini dan Masa Depan.”
Menurutnya pendekatan Gakkum adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Tertib Hukum yang diamanatkan kepada Aparatur pemerintah ( Pemkot Palu, Polri-TNI, BNN) dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, perlu sinergis dan koordinasi yang berkelanjutan, terus komitmen tegas memberantas peredaran narkoba sampai ke akar-akarnya.
“Berikan koreksi secara masiv agar seluruh ASN, Polri – TNI dan DPRD secara nyata, transparan bersedia mendukung program pemerintah P4GN yang salah satu wujud partisipasinya adalah melaksanakan Tes Urine. Hal ini yang belum pernah terealisasi. Olehnya perlu dukungan dan keterlibatan semua pihak, termasuk Lembaga Adat kaili yang ada di Kota Palu ini,”jelas perwira Polisi yang pernah jadi korban bom Buku di Utan Kayu DKI Jakarta.
Kata Perwira Polisi tiga melatih di Pundaknya itu, kita prihatin dengan kondisi kehidupan masyarakat, khususnya anak-anak yang masih usia produktif dan tinggal dipengungsian, justru menjadi korban Narkoba. Bahkan jadi kurir Narkoba.
“Tadi kami melakukan penggerebekan di Tatanga, ada beberapa anak usia produktif korban dan menjadi kurir Narkoba. Celakanya lagi, barang haram itu sudah mulai masuk ke shelter-shelter pengungsian korban bencana alam 28 September 2018. Ini menjadi tugas kita bersama untuk mencegah dan memberantasnya,”ujar Komber Dodi Rahmawan.
Sementara itu hadir dalam diskusi Libu Ntodea itu salah seorang korban Likuifaksi Balaroa Widya, mengungkapkan hidup di shelter-shelter sungguh sangat kesepian, karena teman-teman tidak lagi berkumpul bersama-sama. Belum lagi toilet sering tidak ada airnya.
“Kami harap kedepan ada teman-teman baru yang bisa berkumpul bersama-sama sehingga riang gembira, dan menghilangkan trauma bagi kami anak-anak pengungsi korban bencana alam,”harap Widya.
Mas Putu Psikolog menerangkan ada anak-anak pengungsi dengan usia masih belia, terpaksa bekerja sebagai buruh bangunan. Hal ini terjadi karena keterbatasan ekonomi, sedangkan banyak kebutuhan dipengungsian yang perlu dipenuhi.
Anggota DPRD Kota Palu Fraksi Nasden Mutmaina Korona mengatakan untuk menghilangkan trauma bagi anak-anak pengungsi korban bencana alam di Palu khususnya dimulai dari keluarga itu sendiri, kemudian pemerintah dan Negara harus hadir.
Ahmad Lembah Ketua LPM Petobo mengungkapkan Narkoba sudah merajalela dimana-mana di Kota Palu ini. Di Tatanga misalnya sulit diberantas secara tuntas. Sebab diduga ada petugas melindungi para pengedar dan pemakai narkoba itu.
“Contoh ada ditangkap dengan babuknya, tapi dua minggu kemudian sudah bebas lagi. Dan yang ditangkap tadi siang sekitar pukul 14:00 wita di Tatanga itu baru segelintir. Masih banyak yang lebih besar lagi,”kritik Ahmad Lemba kepada penegakan hukum dan pemberantasan Narkoba di Kepolisian. ***