Bendungan Paku, Sorga di Polman, Bencana Bagi Pinrang

Ilustrasi
Ilustrasi

Bang Doel (deadline-news.com)-Pinrangsulel-Sungai Binanga Karaeng merupakan sungai perbatasan antara wilayah Kabupaten Polewali Mandar (Polman) yang dulu dikenal Polmas sebelum memisahkan diri dengan provinsi Sulawesi Selatan.

Sekarang telah terjadi pemekaran wilayah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), sehingga sungai itu merupakan tapal batas antara Kabupaten Polman dengan Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan Sulbar.

Sejak tahun 80an pemerintah provinsi Sulsel melalui Balai Besar Wilayah Sungai Sulawesi  Pompengan sekarang Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III Sulteng dan Sulbar dengan anggaran APBN rupiah melaksanakan proyek Bendungan Paku Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mamasa (Polmas) dulu dan sekarang telah menjadi Polewali Mandar ( Polman) kecamatan Binuang.

Sungai itu juga biasa disebut sungai galang-galang. Jika musim hujan sungai itu sering meluap airnya, bahkan dapat menimbulkan bahaya bagi para petani perkebunan dan sawah disekitar dua daerah perbatasan itu. Sebelum dibendung air sungai galang-galang alias sungai binanga karaeng itu, luasnya hanya sekitar 7-10 meter. Makanya airnya deras dan ganas saat musim hujan dan banjir tiba.

Oleh sebab itu, proyek Bendungan Paku tahap pertama mengalami kegagalan, tembok yang membentang dari wilayah Pinrang ke wilayah Polman rubuh dan hancur dihantam air banjir bandang. Karena sungai itu merupakan satu-satunya potensi untuk menghidupkan sawah tada hujan di Samalimbong Desa Paku Kecamatan Binuang, maka pemerintah provinsi melalui BWSS Pompengan terus berupaya agar proyek irigasi Paku itu tidak gagal.

Namun setelah dibendung luas (lebar) sungai itu mencapai 50 meter-100 meter dari tepi wilayah pinrang ke tepi wilayah Polman (Paku).

Pekerjaan tahap ke dua proyek Irigasi Paku itu memang berhasil, perkebunan disekitar bendungan yang masuk kawasan Polman dirubah menjadi sawah, sehingga bertambahlah areal persawahan di daerah Paku itu. Bendungan Paku merupakan sorga bagi petani sawah di wilayah Polman.

Betapa tidak petani tiga (3) kali panen dalam setahun. Sehingga Paku merupakan salah satu lumbung beras bagi Polman, setelah Wonomulyo. Namun sayangnya keberadaan Bendungan Paku itu selain menjadi sorga bagi Polman, merupakan bencana bagi masyarakat perkebunan kakao di Dusun Kandoka, Lombo, Indoampping dan Ato’ Banga.

Sebab luas sungai itu telah bertambah sekitar 50 meter-100 meter. Mengapa? Sebab saat banjir datang atau pintu irigasi ditutup, perkebunan diwilayah Kandoka, Lombo, Indoapping dan Ato’ banga tergenang air, akhirnya banyak perkebunan coklat di wilayah aliran sungai di 3 dusun itu mati tergenang air, dan tanahnya longsor.

Bukan itu saja, tapi setiap saat terjadi abrasi (Pengikisan daratan akibat genangan air). Perkebunan dan perkampungan masyarakat di 3 dusun di Desa Benteng Paremba Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang itu terancam hilang. Sebab jika bendungan ditutup terjadi genangan air. Dan jika banjir terjadi pengikisan tanah dataran.

Lingkungan perkebunan seluas 20 hektar terancam hancur dan hilang, sebab tanahnya saban hari mengalami longsor. Demikian pantau deadline-news.com beberapa  waktu lalu di daerah itu. Hal tersebut dibenarkan Kepala Dusun Lombo H.Sereh yang diamini oleh beberapa petani perkebunan coklat yang merasa dirugikan yakni Munta, Nurdi, Umar dan Amiruddin.

Masyarakat di Desa Benteng Paremba itu mengancam akan membobol bendungan itu jika pemerintah tidak segera memperhatikannya. Masalahnya sejak bendung itu dibangun sekitar 5 kilometer tanah perkampungan habis runtuh terkikis air, sehingga sangat membahayakan dan merugikan bagi pemukiman dan lahan perkebunan penduduk di tiga dusun di Desa Benteng Paremba Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang itu.

“Kami akan melakukan unjuk rasa di DPRD Pinrang, Polman, Sulsel dan Sulbar jika pemerintah tidak memiliki kepakaan terhadap kondisi lingkungan yang rusak akibat genangan dan pengikisan air korban proyek irigasi. Masyarakat Desa Benteng Paremba sekitar 3000 jiwa, dan mereka, kami akan mobilisasi untuk menduduki kantor DPRD Sulsel, Pinrang, Polman dan Sulbar jika pemerintah tidak segera melakukan upayah penanggulangan. Kami hanya minta pinggiran sungai yang terancam runtuh itu segera diburonjong,”tegas Sereh.

Ketua Fraksi Hati Nurani Rakyat (Hanura) DPRD Sulsel Drs.H.Ambo Dalle ketika itu yang notabene daerah pemilihan Pinrang, Sidrap dan Pare-Pare yang dikonfirmasi via handpone justru meminta proposal kepada pemerintah Kabupaten, Camat atau Desa untuk segera dianggarkan aspirasi masyarakat di Desa Benteng Paremba yang korban Irigasi Paku Sulbar itu.

“Tolong dibuatkan Proposal yang diketahui Pak Camat dan Pak Desa, sehingga dapat dimasukkan pada agenda rapat untuk dianggarkan perbaikannya,”pinta mantan ketua Puskud Sulteng itu. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top