Rabu kemarin (9/5-2018), aksi terorisme pecah di Mako Brimo Kelapa 2 Depok DKI Jakarta. Seorang Napi teroris tewas dan 5 anggota Polri gugur pada aksi berdarah itu.
Selang 5 hari kemudian tepatnya Ahad pagi (13/5-2018), Surabaya diguncang bom. 3 Gereja yang menjadi sasaran bom teroris itu. Adalah Gereja Kristen Indonesia Jalan Diponegoro, kemudian Gereja Santa Maria Ngagel, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.
Ada 10 orang tewas dalam aksi bom bunuh diri di Surabaya itu dan 41 orang luka-luka. Para pelaku bom bunuh diri itu tewas di tempat kejadian perkara (TKP).
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mangatakan selain pelaku bom bunuh diri meninggal dunia di TKP, satu orang meninggal dunia di rumah sakit, (Tempo.co).
Tindakan biadab itu, telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusian di Negeri ini. Dokrin mereka salah kaprah. Mana ada orang masuk sorga dengan membunuh sesamanya manusia? Sungguh ajaran sesat.
Bukankah jelas dalam ajaran Islam, Allah SWT menegaskan agar hambanya menjalin hubungan yang baik antara sesama manusia bahkan ke sesama makhluk hidup (Hablum Minannas). Dan jangan lupa perbaiki hubunganmu dengan sang pencipta Allah SWT (Hablum Minallah).
Tak satupun kitab Suci yang berisi wahyu Allah SWT Tuhan semesta alam yang mengajarkan untuk saling membunuh. Bahkan semua isi kitab suci itu mengajarkan kebaikan, kasih sayang dan cinta kasih terhadap sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Ajaran Islam sangat menghargai perbedaan. Makanya jelas dalam surat Al-Kafirun Allah SWT menegaskan “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.” Bahkan sangat toleran, hanya saja ada oknum dan kelompok tertentu yang tak mau tahu soal perbedaan itu. Merekalah yang menganut paham radikalisme, dengan menghalalkan membunuh dan menumpahkan darah saudaranya sendiri.
Karena pada dasarnya kita ini manusia bersaudara. Sebab kita dari satu asal muasal yakni Nabi Adam AS – Hawah. Tapi mungkin karena kekecewaan atau kerasnya kehidupan membuat emosi kita meledak. Perlakuan yang tidak adil, sempitnya lapangan kerja, lebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin serta berbagai problematika kehidupan yang menderah.
Konstitusi negara ini (uud 1945), sangat jelas menyebutkan fakir miskin, anak yatim dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Apakah perintah konstitusi itu sudah dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah? Mengapa ada terorisme? Lemahkan system keamanan kita, sehingga teroris dengan mudah melancarkan aksinya?
Andaikan di negeri ini lapangan kerja tersedia, pelayanan dan perlakuan yang adil, pasti pemikiran untuk memberontak dengan aksi teroris tak akan muncul. Pemerintah jangan hanya mengecam dan mengutuk tindakan teroris itu.
Tapi harus ada bentuk kongkrit tindakan pemerintah menghentikan paham-paham radikalisme itu, dengan menyediakan lapangan kerja yang luas, memberikan pelayanan yang adil dan memelihara kaum miskin, misalnya memberikan perbodalan serta membimbingnya untuk menjadi usahawan yang sukses dan mandiri.
Semoga aparat keamanan segera mengungkap dan menangkap otak dibalik peledakan bom di 3 gereja di Surabaya itu. Mari kita bersama-sama melawan kejahatan kemanusiaan itu. Jangan biarkan negeri ini dalam kekacauan. Hindari provokasi yang hanya memecah belah anak Bangsa ini. ***