Antasena (deadline-news.com)-Palusulteng- Universitas Tadulako (Untad) memiliki Sumber Daya Manusia (SDM), yang memadai untuk ikut berpartisipasi dalam platform Kedaireka.
Hal itu dikatakan Rektor Untad, Prof. Dr. Ir.H. Mahfudz, MP, saat sosialisasi Matching Fund Platform Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta (Kedaireka).
Kegiatan Kedaireka, dengan tema Upaya Membangun Ekosistem Rekacipta di Indonesia digelar di Gedung Media Center Lantai II Untad, pada Senin (8/2/20) yang dihadiri Rektor, Para Wakil Rektor, Dekan Fakultas, Direktur Pascasarjana, Ketua Lembaga serta para Peneliti civitas Universitas Tadulako.
“Hari ini kita adakan sosialisasi setelah melakukan pertemuan dengan Pak Dirjen mulai dari launching kedaireka oleh Pak Menteri dan pernah diminta oleh Lembaga Penelitian untuk mempresentasikan seperti apa kesiapan Untad dan pernah mengikuti sosialisasi Pak Dirjen yang dihadiri oleh Pak Warek Bangjas, tim LPPM dan LPPMP,”kata Rektor Mahfudz.
Olehnya, ungkap Rektor Prof Mahfudz, dengan adanya sosialisasi yang telah dilakukan beberapa kali oleh pihak Dirjen Dikti terkait kedaireka ini, maka menjadi penting untuk Untad mengambil bagian dan memilih civitas-civitas terbaik yang dimiliki oleh Untad untuk meningkatkan citra Untad melalui hasil penelitian dan inovasi yang telah dihasilkan.
“Dan pihak Dirjen juga telah mengkonfirmasi bahwa akan menfasilitasi kepada semua peneliti terkait penelitiannya untuk diperkenalkan kepada pihak perusahaan, industry atau investor yang melirik hasil penelitian para civitas Untad. Sehingga, Untad bisa menorehkan karya penelitian di dikti dan kita secara SDM mampu untuk bersaing di bidang penelitian,”tutur Rektor putra kelahiran Luwu Raya itu.
Sementara itu Wakil Rektor Pengembangan dan Kerjasama Untad Prof.Dr.Ir.Amar memaparkan terkait Kedaireka secara general, serta fungsinya untuk Perguruan Tinggi.
“Kedaireka merupakan sebuah platform resmi dari Kemendikbud untuk membangun kemitraan antara perguruan tinggi dan dunia usaha/industry sebelum mengajukan skema pendanaan matching fund bersama-sama dengan total anggaran Rp. 250 Milyar,”jelasnya.
Sehingga, kata dia, melalui platform tersebut diharapkan terjadinya hubungan diantara pelaku industry yang membutuhkan solusi dan perguruan tinggi yang menawarkan solusi.
Dimana, kata Dia, pihak industry dapat memberikan penawaran masalah bisnis untuk menyelesaikan bersama-sama dengan pihak kampus atau civitas akademika, yang bisa melibatkan Pimpinan Perguruan Tinggi, dosen dan mahasiswa.
“Atau perguruan tinggi dapat menawarkan usulan penyelesaian masalah (dalam berbagai macam bentuk hasil penelitian, ide, gagasan, rencana, produk dan lain-lain) untuk dapat dipergunakan oleh industri,”ujarnya.***