Kemiskinan Merenggut Nyawa

Tragis memang, pembunuhan yang menimpa Engeline. Bocah 8 tahun itu adalah korban dari sebuah kemiskinan. Bagaimana tidak, sejak dilahirkan 8 tahun silam disalah satu klinik di Jimbaran Bali, orang tua kandungnya terpaksa merelakan banyinya diadopsi orang lain. Mengapa? Sebab tidak ada biaya membayar klinik dimana dia bersalin ketika itu. Ayahnya yang seorang buruh bangunan itu, tidak mampu mendatangkan uang Rp, 1,650,000, sehingga keluarga Margriet C Megawe. Sungguh kasihan nasib orang-orang miskin itu.
Andaikan orang tua kandung Engeline itu berkecukupan, maka mungkin dia tidak meninggal stragis itu. Bayangkan saja, tubuhnya remuk, sekujur badannya penuh luka bakar. Kesaksian pemerhati anak Aris Merdeka Sirait menerangkan pada ILC 23 Juni 2015 bahwa puteri mungil berparas manis dan cantik itu ditemukan tertelungkup didalam lubang di belakang rumah Ibu Angkatnya. Sungguh tegah dan tak bernurani, menganiaya dan membunuh anak kecil.
Negara telah gagal melindungi anak-anak di negeri ini dari penyiksaan dan pembunuhan. Padahal sangat jelas dalam konstitusi negara kita yakni undang-undang dasar 1945 bahwa fakir miskin, anak terlantar dipelihara oleh negara. Cukuplah Engeline saja yang mengalami nasib buruk itu. Dan jangan lagi ada Engeline-Engeline lain yang tertimbah hal serupa. Pemerintah mestinya segera mendata anak-anak bangsa ini yang kehidupannya dibawa garis kemiskinan. Dan semoga di Kota Palu tidak ada Engeline lain yang jadi korban pembunuhan.
Apalagi di Kota Palu juga terlihat sering ada anak-anak di jalan-jalan meminta-minta dengan modus berjualan kue, dan mengamen di lampu-lampu merah. Mestinya pemandangan seperti itu sudah tidak terlihat jika pemerintah kita pekah. Paling tidak mereka (anak-anak) dibawah umur yang berkeliaran di jalan-jalan ditengah malam berjualan kue atau mengamen segera ditertibkan dan dicarikan solusinya.
Adalah domain Departemen sosial untuk mendata para anak-anak kita yang kurang beruntung itu. Mereka perlu disantuni. Apalagi dibulan suci ramadhan ini, mereka perlu diberikan zakat, infak dan sedekah. Jangan biarkan mereka kehilangan kebahagiaan dan masa depannya. Bagi para calon walikota diminta membuat program yang dapat mengakomodir para anak-anak yang kurang beruntung itu, akibat orang tuanya tidak mampu. Zero Poverty yang dicanakangka Walikota Palu H.Rusdy Mastura masih perlu dimaksimalkan oleh penggantinya nanti. Sehingga tidak ada lagi anak-anak berjualan kue dan ngamen di jalan-jalan seperti yang terjadi di jalan Ir.Juanda, Sisinga Mangaraja, Monginsidi dan Samratulangi. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top