
Pagi itu Sabtu 10 Mei 2025, mata hari mulai menanjak, memancarkan sinarnya yang tajam ke muka bumi.
Tepatnya pukul 8:30 wita, sekitar 100san jurnalis dan sebagian sekaligus pemilik media online dan pimpinan redaksi baik cetak, maupun online berkumpul di caffe tanaris jalan Ir.Juanda Palu Sulawesi Tengah.
Bukan hanya jurnalis, owner media dan pimpinan redaksi, tapi juga nampak hadir puluhan kepala organisasi perangkat daerah (OPD-Dinas, Badan dan para Kepala Biro dari Pemerintah Provinsi Sulteng.
Adalah Gubernur dan wagub Sulteng BERANI Ngopi (Bersama Anwar – Reni/y ngobrol produktif).
Berani Ngopi dengan pers baru kali pertama dilaksanakan, sekalipun sejak bulan lalu direncanakan.
Dihadapan 100san juranalis sekaligus pemilik media online dan ketua-ketua organisasi media siber yakni Mahmud Matangara, SH, MM selaku ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Muhammad Ikbal yang akrab disapa Ballo ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Murtalib, SH ketua Jaringan media siber Indonesia (JMSI), dan Ferry dari PWI Sulteng, Gubernur Anwar Hafid menegaskan siap dikritik.
“Silahkan teman-teman media/pers beritakan yang kurang baik, agar kami dapat memperbaikinya. Saya tidak elergi dengan wartawan/pers. Karena kritikan atau pemberitaan pers sangat membantu kita sebagai pemerintah sambil mencontohkan berita ruas jalan rusak, pelayanan di rumah sakit dan kinerja pemerintah yang kurang baik, tapi tentunya berdasarkan data dan berimbang,”tegas mantan bupati Morowali dua periode itu.
Gubernur Anwar Hafid yang mantan Kades itu meminta seluruh OPD dan pejabat di lingkup Pemprov Sulteng jangan elergi dengan wartawan. Tapi layani dan ajak berkawan.
“Walaupun kami berkawan dengan pers atau wartawan bahkan sudah bermitra jangan melempem, tapi senantiasa memberikan kritikan yang tajam, sebab itu adalah vitamin buat kita agar lebih semangat bekerja,”tegas mantan Camat di Luwu Timur itu.
Menurutnya kritik dari media adalah bagian dari kontrol sosial yang harus diterima sebagai bentuk perhatian masyarakat.
Anwar Hafid menegaskan bahwa media pers adalah mitra strategis dalam menyampaikan program pemerintah dan menjaga kepercayaan publik.
Ia juga mendorong pers untuk aktif mengkritisi jika ada kebijakan yang tidak berjalan semestinya.
“Kalau sudah tak ada kritik, itu justru tanda bahaya. Masyarakat bisa jadi sudah tak peduli,”ungkap mantan anggota komisi II dan V DPR RI itu.
Ia berharap komunikasi antara pemerintah dan media semakin baik demi pembangunan Sulawesi Tengah yang lebih transparan dan partisipatif.
“Oleh teman-teman OPD terbuka membangun komunikasi dengan kawan-kawan pers. Wartawan juga manusia biasa sama dengan kita olehnya mohon direspon jika mereka mengkonfirmasi sesuatu kaitannya dengan pekerjaan kita, agar tidak keliru informasinya, paling tidak berimbang,”tuturnya.
Berani Ngopi dalam suasana santai itu, berbagai kritikan dan masukan yang muncul dari kawan-kawan jurnalis.
Mahbub alias Bob dari gnews.co.id menyoroti soal pengendalian PLN berada di Manado Sulutenggo. Sehingga menyulitkan pemprov Sulteng melakukan koordinasi jika masyarakat butuh pelayanan PLN di Sulteng dan Sulbar.
Olehnya Bob mengusulkan ke Gubernur Anwar Hafid agar melobi pusat agar manajemen PLN berada di Palu Sulteng yang dapat membawahi Sulteng dan Sulbar.
Kemudian Irma Carolina atau Ima dari media Alkhairaat.id menyoroti soal Mess Pemprov Sulteng di Jakarta yang sangat tidak layak lagi.
Fauzi dari kantor berita antara menyoroti ketidak transparan pemprov sulteng selama ini terkait penganggaran. Olehnya perlu aplikasi yang dapat langsung diakses publik.
Menanggapi kritikan dari para wartawan itu Gubernur memerintahkan kepada kepala OPD terkait segera menanganinya.
Kemudian soal Mes Pemrov Sulteng di kebun Kacang Jakarta, Gubernur menjelaskan OPD terkait segera melakukan rehabilitasi Mess itu.
“Insya Allah tahun ini kami sudah melakukan rehab dulu sambil mencari skema pembangunan dan pengelolaannya, apakah bermitra dengan pihak ketiga atau dikelola sendiri,”jelas Gubernur Anwar Hafid.
Wagub Reny A Lamadjido hadir mendapingi Gubernu Anwar Hafid dalam Berani Ngopi itu yang didukung Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) dan semua OPD se Pemprov Sulteng.
Nasir Tula dari beritasulteng.id menkritisi pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata, dimana saat berobat di IGD tiba-tiba listrik padam. Sedangkan waktu di IGD menunggi proses pengobatan tidak ada genzet.
“Masa RSUD sekelas Undata tidak ada genzet. Kasihan pasiennya,”ujar Nasir.
Menanggapi hal itu wagub Reny A Lamadjido mengatakan dirinya juga sempat mendapat laporan dari adinda Nasir, sehingga langsung memerintahkan Direktur RSUD Undata drg.Herry Muliyadi, M.Kes segera mengusahakan genzet.
“Dan hari itu juga genzet langsung diadakan dan sampai sekarang genzet itu dapat digunakan,”jelas Gubernur Kesehatan itu yang disematkan Gubernur Anwar Hafid kepada wagub Reny. ***