Hari ini Sabtu 28 September 2019, gempa bumi, likuifaksi dan tsunami yang maha dahsyat genap setahun. Bencana alam maha dahsyat itu telah meluluh lantakkan Kota Palu Sigi dan Donggala (Pasigala).
Ribuan orang meninggal dunia, begitupun bangunan baik rumah, gedung-gedung pemerintah, sejumlah hotel dan rumah ibadah. Gempa Bumi 7,4 magnittudo yang disertai likuifaksi dan tsunami itu membawa duka nestapa bagi masyarakat di tiga daerah itu yakni Pasigala.
Sekitar 8,388 warga jadi penyintas dan membuat mereka trauma yang mendalam. Namun begitu tidak menyurutkan semangat warga Kota Palu untuk bangkit bersama-sama, menggerakkan perekonomiannya. Hal ini terlihat dengan maraknya kembali destinasi kuliner Pantai Teluk Palu di Talise.
Usai Magrib, suhu udara kota Palu teras panas, walau langit terlihat agak mendung, saya coba berkeliling kota Palu di Jum’at malam (27/9-2019), sambil melihat-lihat berbagai perkembangan kota Palu.
Saya melintas di jalan Cut Mutia, terlihat destinasi kuliner Teluk Palu Pantai Talise mulai ramai. Mulai di dekat bundaran patung Kuda hingga ke Jembatan rusak yang menghubungkan Cut Mutia jalan Komodo terlihat tenda-tenda pedagang kaki lima (PKL) dengan menyajikan berbagai macama kuliner, diantaranya Pisang Goreng, Jagung Bakar, aneka minuman dan Jus, pun warga kota Palu terlihat nongkrong sambil menikmati kuliner ala PKL Pantai Teluk Palu Talise itu.
Jika dibandingkan daerah-daerah lainnya yang terdampak bencana alam, Kota Palu yang lebih cepat bangkit dan masyarakatnya tidak berpangku tangan.
Pelaku usaha (MUKM/UKM) mulai ramai bergerak bangkin dari keterpurukan ekonomi. Swalan-swalayan sudah banyak yang buka, pun pasar-pasar tradisional di beberapa tempat di Kota Palu makin ramai.
Namun begitu toko yang 24 jam buka mengambil peluang dan kesempatan keterpurukan masyarakat kota Palu akibat bencana alam itu. Sebut saja group Alfamidi, mulai menjamur diberbagai tempat di Kota Palu.
Sementara yang kios-kios hampir tergeser walau tetap berusaha bertahan ditengah persaingan pemodal besar seperti Alfamidi yang menyiapkan berbagai kebutuhan pokok masyarakat itu.
Sebagai bentuk penghargaan bagi korban yang meninggal dan mengigat kembali peristiwa bencana alam maha dahsyat itu, warga kota Palu hari ini Sabtu (28/9-2019), menggelar dzikir dan do’a bersama di lokasi terdampak parah likuifaksi seperi di Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa. ***