Copot Jilbab di IKAN, PW IKADI Sulteng Anggap BPIP Lecehkan Agama Islam dan Konstitusi

Fredy (deadline-news.com)-Palu-Mensikapi maraknya pemberitaan Paskibraka putri yang melepas jilbab pada saat pengukuhan oleh Presiden Jokowi di IKN, termasuk Paskibraka utusan Sulawesi Tengah, Pengurus Wilayah Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Sulawesi Tengah dalam rilisnya Kamis (15/8-2024),  menyatakan sikap sebagai berikut:

Apa yang dilakukan oleh BPIP merupakan kesalahan fatal, seakan menempatkan agama dan konstitusi pada dua tempat yang berseberangan.

Kepala BPIP Yudian Wahyudi  telah mengakui dan meminta maaf atas insiden tersebut dan mengatakan bahwa lepas jilbab hanya saat pengukuhan dan upacara pengibaran, artinya, sudah terencana baik dan masih ada momen untuk tidak menggunakan jilbab.

Apa yang dilakukan oleh Yudian Wahyudi dan lembaga yang dipimpinnya bukan hanya melecehkan agama, tetapi melecehkan konstitusi yang telah menempatkan agama pada tempat yang mulia.

“Kami mendukung pernyataan Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Gousta Feriza dan Ketua PPI Sulawesi Tengah Moh Rachmat Syahrullah, agar peristiwa serupa tidak terulang lagi,”tegas  Rizal.

Bahkan menurut Rizal, rencana Yudian Wahyudi agar jilbab tidak dikenakan pada saat pengibaran merah putih tanggal 17 Agustus  2024 dibatalkan agar tidak menimbulkan polemik dan kontroversi yang berkepanjangan.

Pembinaan Paskibraka Pusat sejak tahun 2022 dilakukan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

“Kami, Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Sulawesi Tengah mengecam hal ini. Ini pelanggaran yang serius karena UUD 1945 Pasal 29 menjamin kemerdekaan semua warga negara menjalankan agamanya termasuk berhijab, ini melecehkan konstitusi dan mengabaikan semangat daerah kami Sulawesi Tengah sebagai daerah yang mendidik  putra putri untuk taat pada konstitusi dan agama,”tehas Rizal.

Kata Rizal di daerah kami ada ulama, yang namanya diabadikan menjadi nama jalan, bandara, ada tokoh penyebar agama yang namanya menjadi nama kampus Islam terbesar dan ternama, bahkan di daerah kami ada pesantren terbesar di Indonesia Timur.

“Karena itu semangat putri-putri kami mengenakan hijab sebagai duta Islam jangan dikerdilkan oleh lembaga yang seharusnya mendukung hal tersebut.
Saya berharap, pemerintah meninjau secara total orang-orang yang selama ini menjalankan BPIP, karena selalu menimbulkan polemik, bukan memberikan penguatan pancasila, malah sebaliknya,”ujar Rizal.

Walaupun Kepala BPIP Yudian Wahyudi telah mengakui kesalahan dan meminta maaf, namun ini masalah konstitusi dan terkait dengan umat, bukan persoalan maaf memaafkan semata. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top