Firaun dalam kisah Nabi Musa adalah raja Mesir yang menentang dakwah Nabi Musa dan Bani Israil, dikenal sebagai penguasa yang tiran dan sombong, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Firaun bukan tidak tahu bahwa Dakwa Nabi Musa AS itu adalah wahyu Allah SWT yang mengandung kebenaran.
Tapi karena gengsi kekuasaannya dihadapan rakyatnya sehingga tidak mau mengakui bahwa Dakwah Nabi Musa AS adalah kebenaran mutlak.
Alasannya karena Firaun adalah ayah angkat atau bapak yang memungut dan memelihara Nabi Musa AS sejak kecil hingga besar.
Dalam benak Firaun “Masa saya mau tunduk kepada Musa sedangkan dia (Musa), saya yang memberinya makan sedari kecil, memeliharanya sampai besar. Sekalipun ajaran yang dibawa Musa adalah kebenaran”.
Adalah Ramses II atau Firaun yang memerintah Mesir Kuno antara 1303-1213 sebelum masehi (SM), pada masa kejayaan Mesir Kuno yang gengsi kekuasannya untuk mengakui kekuatan Alla SWT melalui WahyuNya ke Musa.
Ramses II dikenal sebagai salah satu Firaun paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah Mesir Kuno.
Namun, beberapa sejarawan menyimpulkan bahwa Firaun yang mengejar Nabi Musa hingga ke Laut Merah adalah Merenptah, putra dan penerus Ramses II.
Firaun dalam Al-Qur’an merujuk pada seorang raja Mesir yang sombong, congkak, suka menindas, tidak berperi kemanusiaan, dan sering melampaui batas.
Nabi Musa diutus sebagai nabi untuk Bani Israil. Inti dakwah Nabi Musa, selain tentu saja tauhid, adalah meluruskan kedzaliman dan kesewenangan penguasa yaitu Firaun.
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini adalah poin-poin penting tentang Firaun dan kisahnya dengan Nabi Musa:
Firaun sebagai Raja Mesir:
Firaun adalah sebutan untuk raja-raja Mesir Kuno, dan dalam konteks kisah Nabi Musa, Firaun adalah penguasa yang menentang Nabi Musa dan Bani Israil.
Kesombongan dan Ketiran Firaun:
Firaun dikenal sebagai raja yang sombong dan menindas, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Penentangan Dakwah Nabi Musa:
Firaun menolak dakwah Nabi Musa dan menentang ajaran tauhid yang disampaikan Nabi Musa.
Mukjizat Nabi Musa:
Nabi Musa menunjukkan berbagai mukjizat kepada Firaun dan kaumnya, namun Firaun tetap menolak dan bahkan berusaha melawan mukjizat tersebut.
Azab yang Menimpa Firaun:
Firaun dan kaumnya ditimpa azab berupa serangan belalang, katak, kutu, dan darah sebagai bukti yang jelas dari kekuasaan Allah SWT.
Tenggelam di Laut Merah:
Firaun dan tentaranya ditenggelamkan di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa dan Bani Israil.
Artinya jika dizaman moderen dengan pesatnya ilmu pegetahuan dan teknologi serta transparansi ini masih ada pemimpin organisasi atau penguasa menunjukkan kesombongannya, maka itu pantas disebut “Firaun”.
Kisah Nabi Musa dan Firaun diabadikan dalam Al-Qur’an dan Alkitab.
Karena ciri-ciri manusia berwatak Firaun itu adalah menunjukkan kesombongan, arogan, tak mau menerima saran-saran orang lain dan yang dianggap benar hanya dirinya dan kelompoknya sendiri.
Mereka tak mau tahu kesulitan orang lain. Rakyat, Bangsa dan Negara jadi jualan. Padahal kesulitan dan beban rakyat tidak ada perubahan yang signifikan. Bahkan rakyat makin sulit dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Belum lagi banyak perusahaan gulung tikar, sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Rakyat jadi pengangguran dan sumber daya alam negeri ini dikuasai oleh asing dan aseng.
Parahnya lagi ada oknum aparat bersenjata laras panjang diperalat perusahaan untuk menindas rakyat. Rakyat ditangkapi dengan tuduhan pencurian.
Kalau model begini negara, dimana alat negara diperalat oleh korporasi karena kepentingan sesaat yakni mendapat upah pengamanan jadi penjaga kebun sawit, dan menindas petani (rakyat) untuk kepentingan korporasi.
Dimasa datang, semoga lahir pemimpin-pemimpin yang berwatak seperti Nabi Musa AS yang membebaskan kaumnya dari penindasan Firaun dan meniru Akhlaq Nabi Muhammad SAW dan mencontoh para Nabi-Nabi dan Rasul Allah sebelumnya agar Negeri kita cintai ini, aman, damai, sentosa dan sejahtera. Amin.***