“Sejuknya” di Hut 47 Tahun Palu

  1. Hari Sabtu 27 September 2025, hujan lebat mengguyur kota Palu, sehingga suhunya yang biasa panas dan bikin gerah, berubah jadi sejuk.

    Ruas – ruas dalam kota Palu terlihat lengang. Hanya beberapa kendaraan bermotor lalulalang di jalan-jalan protokol seperti Prof M.Yamin, Dewi Sartika, Karti, Basukirahmat, Monginsidi dan sejumlah ruas jalan lainnya.

    Sabtu 27 September 2025 itu kota Palu genap berusia 47 tahun. Para pejabat pusat, provinsi, kota, Kabupate, Vertikal, Legislatif dan Yudikatif berkumpul di halaman kantor walikota Palu.

    Tenda-tenda berdiri disepanjang lapangan vatulemo hingga ke halaman kantor Walikota Palu. Momentum hut ke 47 tahun kota Palu ditandai dengan upacara bendera.

    Gubernur Anwar Hafid terlihat sepanggung dengan Walikota Palu Hadianto Rasyid yang selama ini dinarasikan sejumlah pihak dan media ada hubungan “panas”. Atau “konflik” politik terpendam.

    Namun kenyataannya dimomen hut kota ke 47 tahun disertai hujan lebat, semuanya jadi berubah “sejuk”.

    Para pemimpin di daerah ini adalah politisi yang penuh kedewasaan, bijaksana dan saling menghargai perbedaan masaf politik yang berbeda.

    “Kata kuncinya bersatu dan bersama-sama membangun daerah walaupun penuh dinamikan.”

    Terlihat politisi Partai Gerindra yang juga anggota komisi II DPR RI Longki Djanggola, Wakil ketua Badan Anggaran yang juga anggota komisi XI DPR RI Fraksi Golkar H.Muhidin M Said, ketua DPRD Sulteng HM.Arus Abdul Karim dan sejumlah petinggi birokrat baik kota maupun provinsi.

    Air hujan biasanya simbol kehidupan. Bagaimana tidak hujan turun membasahi bumi, sehingga tanaman tumbuh subur untuk kebutuhan makhluk hidup, diantaranya manusia, binatang ternak dan binatang liar dan melatah lainnya.

    Air hujan selain untuk kehidupan juga bisa jadi bencana alam, seperti banjir bandang yang menenggelamkan makhluk hidup dan seluruh yang ada diatas bumi dimana bencana alam itu terjadi akibat curah hujan yang tinggi.

    Semoga di hut ke 47 tahun kota Palu ini yang disertai hujan sehingga suasana kota diselimuti ke sejukan menjadi berkah dan kedamaian daerah ini khususnya kota Palu.

    Cukuplah gempa bumi 7,4 Magnitudo, likuifaksi dan tsunami 7 tahun lalu tepatnya sehari setelah upacara hut kota Palu yakni Jum’at petang 28 September 2018. Dirgahayu kota Palu ke 47 tahun.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top