Sumur Suntik Mengering, Mungkinkah Akibat Kemarau?

“Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang utama, dan harus tersedia setiap saat”

Kemarau panjang yang melanda Palu dan sebagian daerah lainnya beberapa bulan terakhir, membuat sumur suntik (bor) warga mengalami kekeringan.

Sebut saja sebagian diwilayah Palu Timur seperti di jalan Veteran, Nuri, Swadaya dan lasowani. Yang lebih parah kekeringannya di jalan Nuri, diamana salah satu rumah kontrakan penghuninya terpaksa pindah ke kontrakan lain akibat sumur bornya (suntiknya) mongering.

Sebut saja kontrakan (kos) Akira Leo Hansyah sejak minggu kedua November 2019, air sumur suntiknya mengering. Akibatnya penghuni kos-kosan itu sebagian besar memilih keluar dan pindah ke kos lain yang tersedia air bersihnya.

Apalagi pemilik kos tidak lagi bersedia memperbaiki sumur bornya di kos-kosan itu, karena ternyata tukang sumur bor (suntik) tidak mau memperbaikinya, tapi malah menyarankan pemiliknya untuk membuat sumur suntik baru dengan biaya mencapai Rp,30 jutaan.

Penanggungjawab kos Akira Leo Hansyah Lindah yang dikonfirmasi membenarkan jika ownernya tidak lagi bersedia membuat sumur bor baru karena biaya mahal.

“Semua tukang sumur bor yang disuruh perbaiki, mintanya biaya mahal puluhan juta, sedangkan big bos maunya hanya perbaikan dengan biaya yang agak entenglah tidak mencapai puluhan juta rupiah,”aku Lindah saat ditanya apakah pemilik kos akan berupaya memperbaiki sumur bor di kos itu.

Bukan cuman sumur suntik di kos-kosan Akira Leo yang mongering, tapi kos-kosan di ujung jalan Nuri sebelah kiri dari arah bawah balai Kota Selatan mengalami hal yang sama.

Kedua rumah kos-kosan itu lokasinya strategis karena berada tidak jauh dari jalan Nuri. Kos Akira Leo Hansyah misalnya, hanya masuk sekitar 50 meter, kemudian halamannya luas, kamarnyapun dua, tambah ruang tamu dan dapur, sehingga hampir sama dengan BTN ukuran rumah sangat sederhana (RSS), hanya saja modelnya kopel.

Kekeringan yang melanda sumur-sumur suntik warga di wilayah Palu Timur ini, mungkinkah akibat kemarau atau sebab yang lainnya, misalnya Tambang. Sedangkan solusi kekeringan sumur suntik ini, terpaksa warga menggunakan air gallon untuk mencuci, dan mandi yang biayanya tentunya lebih mahal.

Karena harga air gallon Rp,5000 pergalon, jika digunakan 10 galon bagi yang berkeluarga dengan anak masih kecil-kecil 3 kali sehari, maka pengeluaran membengkak bisa mencapai Rp,150 ribu, hanya kebutuhan air bersih saja se hari.

Jika dikalikan 30 hari, maka pengeluaran bisa mencapai Rp,4,500,000 perbulan hanya kebutuhan air bersih, ditambah lagi biaya kos Rp, 1,000,000 perbulan, maka totalnya bisa mencapai Rp, 5,500,000 perbulan.

Sementara sebagian warga memilih indekos karena rumahnya mengalami kerusakan, akibat gempa bumi, likuifaksi dan tsunami 28 September 2018 setahun lalu. Sedangkan perbaikan rumah rusak tahap II masih dalam proses Verifikasi faktual. Padahal dana stimulant sudah masuk ke rekening kas daerah pemkot Palu yang jumlahnya mencapai Rp,820an miliyar.

Sedangkan air PDAM Kota Palu yang setia setiap saat dibutuhkan, hanya bisa dikonsumsi dalam waktu 3 hari dengan satu tangki yang mengisi 4 tandon ukuran 1000 liter dengan biaya Rp,120 ribu pertangki sekali antar.

Tapi kendalanya armada PDAM kota Palu hanya satu unit yang siap melayani ribuan warga, belum lagi yang masih tinggal dipengungsian baik huntara maupun huntap.

Sehingga agak lambat pelayanan saat konsumen sangat membutuhkan. Biasa terlambat berjam-jam, bahkan bisa sampai satu hari, belum lagi jika armadanya rusak, terpaksa harus menunggu sampai selesai diperbaiki.

Kendala lain soal bahan bakar solar yang sering langka. Kalaupun ada harus antrian berjam-jam di SPBU, bahkan bisa sehari semalam.

Padahal kebutuhan air bersih merupakan yang utama, apalagi jika berkeluarga yang memilik anak lebih dari 1 orang yang masih kecil-kecil. Karena selain untuk keperluan mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya, ketersediaan air memang sangat dibutuhkan.

Apalagi pasca bencana alam (gempa bumi, likuifaksi dan tsunami) 28 September 2018, mau tidak mau sumur suntik warga Palu harus direhabilitasi, ditambah lagi kemarau panjang semakin menambah penderitaan warga untuk mendapatkan air bersih. Semoga Musim Kemarau ini cepat berlalu.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top