Satu Liang, Kuburan Massal ini Menampung 14.264 Jasad Korban Tsunami

Zwaeb Laibe (deadline-news.com)-Aceh-ACEH – Ratusan ribu jiwa warga Provinsi Nangroeh Aceh Darussalam (NAD) meninggal dunia saat gelombang tsunami yang maha dasyat menerjang daerah bertajuk Serambih Mekkah ini, 26 Desember 2004 silam. Banyaknya korban yang meninggal membuat jenazah menjadi sulit dikenali satu persatu, hingga akhirnya mereka harus dikubur secara massal dalam satu liang yang sama tanpa nisan.

Ada tiga kuburan massal korban tsunami di Tanah Rencong ini. Salah satunya adalah kuburan massal Ulee Lheue di Kota Banda Aceh, ibukota Provinsi NAD. Dua kuburan massal lainnya masing-masing berada di daerah Gampong Siron Lambaro dan Lhoknga, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.

Di kuburan massal Siron terdapat 46.718 jenazah yg di kebumikan. Sementara di daerah Lhoknga, kuburan massalnya terpisah di beberapa tempat yang berbeda, empat lokasi diantaranya berada di jalan Mon Ikeun-Lampuuk dan sisanya tak jauh dari masjid Lhoknga.

Namun, dari ketiga kuburan massal ini, kuburan massal Ulee Lheue yang paling terkenal, karena letaknya yang tak jauh dari jantung kota Banda Aceh, tepatnya di Jl Pocut Baren No.30. Hanya beberapa meter dari bibir pantai, di tepi jalan menuju pelabuhan penyeberangan ke Pulau Sabang.

Ulee Lheue merupakan salah satu desa yang paling parah terkena dampak gelombang tsunami yang menewaskan lebih dari 220.000 warga Aceh, karena letaknya yang paling dekat dengan bibir pantai.

Kuburan massal yang menampung sebanyak 14.264 jasad korban tsunami ini, jauh dari kesan angker laiknya pemakaman umum biasanya. Sepintas, kuburan seluas 15.800 meter persegi ini nampak seperti taman sabana. Hanya rumput hijau yang menghampar dengan beberapa batu berukuran besar berserakan. Di sudutnya pohon trembesi rindang tumbuh meneduhkan.

Selain itu terdapat tiang besi penanda yang menunjukkan lokasi kuburan untuk orang dewasa dan kuburan untuk anak-anak. Penanda ini menunjukkan bahwa jasad orang dewasa dikubur di sisi kanan dan kiri bagian depan, sedangkan jasad anak-anak dikubur di sisi kiri bagian belakang kuburan.

Jalan tengah pemisah kuburan orang dewasa dan anak-anak ditaburi batu koral putih. Di ujung jalan pemisah terdapat sebuah bangunan kecil, persisnya sebuah pondok, yang dijadikan sebagai tempat berdoa bagi keluarga korban maupun pengunjung yang datang untuk berziarah

Di sekeliling kuburan, tertancap tembok yang saling terpisah, sekaligus sebagai pagar pembatas area kuburan. Pada setiap dinding pagar tertulis masing-masing satu dari 99 Asmaul Husna.

Di depan pintu gerbang terdapat sebuah prasasti yang ditulis dalam Bahasa Aceh yang dikutip dari Surah Al-Anbiya, Ayat 35, yang jika dibahasa Indonesia-kan kurang lebih bermakna; “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (Al-Anbiya : 35)
“Dengan Rahmat Allah Ta’ala,

Di tempat ini telah disemayamkan + 14.264 jiwa yang syahid dalam bencana gempa dan tsunami pada waktu pagi hari ahad. 14 Hari Bulan Dzulqaidah 1425 Hijriah. 26 Desember 2004”.

Kuburan massal Ulee Lheue ini juga dikenal sebagai kuburan massal Merauxa karena brada di daerah Kecamatan Merauxa. Sebelumnya, lokasi kuburan ini adalah bekas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauxa, yang juga rusak berat akibat ganasnya gelombang tsunami. Pasca tsunami, rumah sakit ini direlokasi ke daerah Mibo di jalan Soekarno-Hatta Banda Aceh.

Hingga kini, sebagian puing rumah sakit masih nampak berdiri. Ada dua bangunan yang terpisah. Bangunan utamanya berlantai tiga yang sebagian masih berdiri. Di dalamnya kita bisa melihat bekas ruang bangsal yang rusak parah, dinding yang retak, lantai keramik yang tercecar, hingga bekas rendaman banjir air laut yang masih melekat di dinding gedung.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top