Ruslan Sangadji : Reformasi Gagal Total

“Pemerintahan Jokowi Serigala berbuluh Domba”

foto Ruslan Sangadji alias Ochan. foto Bang Doel/deadline-news.com
foto Edwis Mahasiswa F.Perikanan Unisa Palu. foto bang Doel/deadline-news.com
foto peserta diskusi 20 tahun reformasi. foto Bang Doel/deadline-news.com

Nanang (deadline-news.com)-Palusulteng- Ruslan Sangadji menilai setelah 20 tahun, ternyata reformasi gagal total. Penegasan itu dikatak Ochan sapaan akrab Ruslan Sangaji dalam diskusi peringatan 20 tahun reformasi 1998-2018, di warkop Sudimari 2 jalan Masjid Raya Lolu Palu Senin malam (21/5-2018) sekitar pukul 21:30 wita.

Alasannya kata mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palu itu adalah berbagai macam pelarangan yang dibuat penguasa saat ini.

“Contohnya adalah ketika kita mengeritik pemerintah saat ini, dianggap pelanggaran. Bahkan nama dan alamat kita dicatat oleh orang-orang pemerintah lalu ditangkap. Ini lebih buruk dari pemerintahan Orde Baru. Karena rezim orde baru jelas siapa yang akan dilawan yakni Soeharto,”tandas Ochan.

Sementara itu Andi Ridwan Adam mantan aktivis 1998 Untad, lebih tegas lagi, bahwa pemerintahan Joko Widodo ibarat serigala berbuluh domba. Karena sewenang-wenang membuarkan Ormas.

“Pemerintahan Jokowi membubarkan ormas, ini menunjukkan bahwa kekuasaan saat ini ibarat serigala berbuluh domba,”tandas Andi Ridwan yang mendapat tepuk tangan meriah dari peserta diskusi.

Kata Andi Ridwan perjuangan reformasi belum selesai, karena kekuasaan masih dominan di Istana. Padahal misi perjuangan reformasi adalah pembatasan kekuasaan yang dominan di dalam Istana (Presiden dan Pembantu-pembantunya).

“Kita perlu membangun kembali solidaritas kampus. Bayangkan saja kementristek Dikti mampu mengandangkan para aktivis dari kegiatan-kegiatan mahasiswa yang dianggap melawan pemerintah. Olehnya perlu gerakan baru,”tutur Andi Ridwan.

Ia menjelaskan bahwa gerakan mahasiswa itu gerakan moral. Dan siapapun yang melanjutkan itu urusan lain. Yang pasti kita sudah menjatuhkan rezemi orde baru yang otoriter itu.

Andika (aktivis) tambang menegaskan bahwa Orde Baru adalah Junta Militer dan telah kita tumbangkan bersama gerakan mahasiswa dan rakyat. Pertanyaan sekarang apa yang hendak dituju 20 tahun reformasi itu? Apakah reformasi itu gagal?

Menurutnya konteks hari ini, Bangsa kita diperhadapkan jauh lebih konpleks berbagai macama persoalan dibandingkan pada zaman orba. Dimana saat itu jelas ada dua kekuatan global yakni blok barat dan blok timur yang ikut bermain untuk menjatuhkan rezim Orba saat itu. Tapi kalau sekarang tidak jelas siapa lawan dan siapa kawan.

Agussalim Faisal, SH Advokat rakyat mempertanyakan mengapa ada tugu aktivis 66 di jalan Rasuna Said Jakarta yang menjatuhkan Orde Lama (Orla), padahal aktivis 66 berada dalam kekuasaan orba. Tapi kita gerakan reformasi tak 1 pun tugu yang dibuat oleh rezim yang menikmati hasil perjuangan gerakan reformasi yang dimotori oleh Mahasiswa bersama kekuatan rakyat untuk menumbangkan rezim Orde Baru itu.

Menurut aktivisi lingkungan hidup itu, gerakan reformasi sebetulnya berawal dari Palu, bukan di Jakarta. Dan konsepnya adalah cabut dwi fungsi ABRI, dan harus ada perwakilan mahasiswa di Parlemen.

Agar roh perjuangan reformasi itu terus ada dan terlihat dalam system pemerintahan, maka Agussalim menawarkan dibentuknya bloking (pembagian fungsi dan tugas) para aktivis yang berada dilingkungan masing-masing.

“Misalnya yang berada dalam lingkup politik ya melakukan gerakan politik yang bertalian dengan reformasi. Begitu juga dengan yang berada di lingkungan pemerintahan, bisnismen (Swasta), dan yang menguasai perekonomian, kemudian tetap bersatu untuk 1 tujuan mewujudkan cita-cita reformasi. Bukan seperti saat ini, tidak ada kejelasan,”tutur calon anggota DPD RI itu.

Edwis Mahasiswa Unisa Palu asal Buol mengakui adanya pembungkaman gerakan mahasiswa di Kampusnya. Bahkan sudah ada petugas khusus yang mengawasi mahasiswa jika melakukan gerakan-gerakan yang akan mengkritisi pemerintah.

“Didalam kampus kami diawasi oleh petugas khusus”ujar mahasiswa fakultas perikanan Unisa itu.

Diskusi peringatan 20 tahun reformasi itu, diprakarsai anggota DPRD Sulteng Fraksi Nasdem Yahdi Basma, SH yang juga pengurus PENA’98.”
Adalah Bung Gustap moderator dalam diskusi terbuka itu. Dan Agussalim Faisal, SH, Yadi Rahman, Yahdi Basma, SH, Andi Ridwan Adam serta Andika pembicara. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top