Proyek Embung di Sigi “Mangkrak”

 

 

Nelwan (deadline-news.com)-Sigi Sulteng-Peroyek EMBUNG atau sistem pengolahan dan penyaluran air untuk pertanian persawahan di desa Kaluku Tinggu kabupaten Sigi Sulawesi Tengah “Mangkrak.”

Embung adalah bangunan yang berfungsi untuk penampung air (embung dan long storage) atau meninggikan muka air (dam parit) yang sumber airnya berasal dari mata air, curah hujan/run off, sungai dan sumber air lainnya untuk suplesi air irigasi.

Proyek itu dikerjakan tahun 2018 silam sebelum bencana alam gempa bumi, likuifaksi dan tsunami (Genit) yang terletak di desa Kaluku Tinggu kecamatan Dolo Barat Sigi.

Kepala Desa (Kades) Kaluku Tinggu Said Lage menjawab deadline-news.com Rabu (19/1-2022), mengatakan proyek Embung itu berasal dari rekomendasi kementrian pertanian.

Yang melekat di Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura melalui dana anggaran perbelanjaan bantuan daerah APBD kabupaten Sigi kurang lebih Rp, 1 miliar.
Kemudian ada dana tambahan kurang lebih Rp. 30 juta.

“Selaku pemerintah di desa ini, hanya itulah sumber yang dapat kami rangkum dan hanya sedikit saja yang kami ketahui, sebab dalam hal ini bukan kafasitas saya sebagai Kades,”kata Said.

Menurutnya, kalau terkait nama perusahaan yang menggarap proyek itu, dirinya mengaku sudah lupa. Sebab proyek itu juga sudah lebih dari tiga tahun terbengkalai.

Kemudian papar Said proyek Embung itu jatuh ketangan Sub Kontrak (Subkon) yang bernam Audi Taro.

Namun sejak pelakasaan proyek Embung tahun 2018 silam hingga selesai target, bahkan mencapai titik item paling akhirpun agak sedikit terkendala pengerjaannya.

Yaitu proses instalasi pipa dari intek ke pengolahan air sekunder ke Embung yang mana secara tehknik terlihat sesuai struktur dan optimal.

“Begitu sebaliknya sistem instalasi primer yang untuk saluran ke persawahan saat itu, juga sudah hampir rampung sepanjang -+1 km. Namun sayang seribu kali sayang proyek itu mangkrak,”terang Said.

Said menegaskan, sungguguh sangat disayangkan, sebelum proyek Embung itu beroperasi mengairi sawah-sawah petani, yang ada di seluruh kecamatan Dolo Barat itu, tiba-tiba musibah gempa, tsunami dan likuifasi datang menghantam Palu, Sigi dan Donggala (pasigala).

Tak ayal banyak menelan korban jiwa dan materi, itulah salah satu penyebab, sehingga proyek itu mangkrak.

“Sebagai kepala desa disini beserta seluruh warga masyarakat desa Kaluku Tinggu juga selaku penyedia lahan untuk pembangunan proyek Embung mengharapkan akan kelanjutan proyek itu,”tutur Said.

Hal senada juga dikatakan Solwini salah seorang warga berprofesi petani di desa itu.

Ia bersama warga masyarakat di desa Kaluku Tinggu sangat mengharapkan akan kelanjutan proyek Embung itu.

Sebab sekitar ratusan hektar persawahan warga yang berada di desa itu sudah terbengkalai.

“Sementara debit air aliran sungai di tempat ini tidak mampu lagi mengaliri area tanah pertanian atau sawa-sawah warga di sekitar kampung ini,”tutur Solwini.

Apa lagi kata Solwini yang kerap disapa Wini, dengan adanya program proyek Embung sistem pengolahan dan penyaluran air untuk pertanian yang mana di peruntukan mengaliri persawahan mencakup 10 desa di kecamatan Dolo Barat.

“Dan sekitarnya itu merupakan harapan besar bagi seluruh masyarakat petani berada di desa kami maupun dwsa sekitanya,ujarnya.

Wini menambahkan, tiga tahun yang lalu tepatnya 2018 silam, peroyek Embung itu belum sempat dioprasikan, namun sudah terjadi musibah bencana alam pasigala.

“Setelah bemcana alam itu terjadi, tidak ada lagi tindak lanjut dari pihak pengololah proyek itu, dananya juga raibnya entah kemana,”ucapnya.

Pada hal kata dia besar harapan warga desa agar supaya pemerintah segera mengupayakan lagi kelanjutan akan program dalam proyek embung itu, agar hidup para petani di desa itu dapat hidup layak dan sejajar seperti petani-petani sawah di daerah lain.

Mantan Kadis Tanaman Pangan dan Holtikultura Ir.H.Mulyadi, M.Si yang dikomfirmasi via chat di whatsappnya Kamis (20/1-2022), mengatakan pembangunan Embung di desa Kalukutinggu dibangun oleh dana dr kementrian desa tertinggal sebesar Rp.800 juta (tdk 1 M).

Pemerintah desa cuma menyiapkan lokasinya. PPK dan perencanaanya beasal dari jakarta serta tendernya di Jakarta.

“Pemda sigi selama pembangunan embung tersebut tidak dilibatkan,”jelas Muliyadi.

Ia menerangkan setelah uji coba, air ternyata pada bak penampungan embung air tidak bisa ditampung.

“Karena pori-pori bak terlalu besar sehingga harus pakai Geomembran,”tulis Mulyadi.

Mulyadi menjelaskan bahwa Pemda Sigi dalam hal ini mecoba memperbaiki dengan anggaran sebesar kurang lebih Rp,300 juta untuk memasang geomembran dan talud.

Dan air dapat ditampung dan dapat digunakan oleh desa. Tetapi selama digunakan oleh masyarakat tidak ada dana pemeliharaanya.

Sehingga ada beberapa pipa yang kena bencana di bagian hulu mengalami kerusakan. Sehingga air untuk sementara tidakk bisa masuk di bak penampungan.

“Selama ini memang anggaran banyak beralih k penanganan covid🙏🙏,”ungkapnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top