ANDI ATTAS ABDULLAH (koranpedoman)-PARIMO-Sulteng-Walau telah menghabiskan anggaran sebesar Rp,30 miliyard, namun proyek pembangunan pasar moderen kabupaten Parigi Moutong itu masih terlihat belum sempurna. Masih ada tiga bangunan yang belum rampung pengerjaannya. Adalah ruko bertingkat yang belum rampung pembangunannya itu. Kedua bagian ruko yang memanjang dan bertingkat itu baru mencapai 75-80 persen pengerjaannya. Selain itu masih ada satua bagaian bangunan yang terlihat baru tiang cor yang berdiri. Sedangkan di dua bagian bagian lainnya yakni ruko masih pemasangan batu, lantai kasar dan atap yang baru selesai. Selain belum sempurna, pasar sentral Parigi itu juga terlihat masih semraut.
Sebab banyak pedagang memilih berjualan dihalaman pasar, dan menggantung tenda-tenda yang terbuat dari terpal antara satu bangunan dengan bangunan lainnya. Memang pemerintah telah membangun kios-kios yang diperuntukkan untuk pedagang sayur mayur dan bahan kebutuhan pokok lainnya (Ina-ina). Karena Ina-ina tidak mau berjualan didalam pasar. Padahal didalam gedung utama masih banyak yang kosong.
Ketidak sempurnaan pembangunan pasar sentral Parigi itu diakui oleh Gubernur Sulteng Drs.H.Longki Djanggola, M.Si. Pasalnya pembangunan proyek pasar sentral itu dimulai sejak pemerintahan Drs.Longki Djanggola, M.Si sebagai Bupati Kabupaten Parigi Moutong. Tepatnya proyek pasar itu dimulai direncanakan pada tahun 2004 yang ditandai dengan study kelayakan. Kemudian tahun 2005, pembuatan master plan (desain pasar).
Pada bulan oktober 2005, terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang tentunya sangat berpengaruh bagi kelangsungan pekerjaan proyek pasar sentral Parigi nantinya. Maka dilakukanlah perubahan desain untuk mengikuti perubahan harga. Dan nanti dua tahun kemudian yakni 2007, baru proses pembangunan pasar itu dilakukan yang ditandai dengan adanya kontrak kerja.
Adalah PT.Waskita Karya yang memenangkan tender proyek senilai Rp, 21,9 miliyard itu. Dan dalam perjalanannya, proses pembangunan pasar sentra Parigi itu menuai masalah seiring naik lagi harga bahan bakar minyak (BBM) tahun 2008-2009, sehingga mengakibatkan ikut naiknya bahan baku seperti besi, semen dan atap.
Hal itu memaksa dilakukannya adendum perubahan harga. Tapi tidak mengurangi nilai kontrak sebersar Rp, 21,9 miliyard. Karena Longki telah terpilih menjadi Gubernur pada tahun 2011, maka tampuk kepemimpinan di Parimo dilanjutkan oleh wakilnya H.Syamsurizal Tombolotutu. Dengan demikian otomatis kelanjutan proyek pasar sentral sesuai rencana sebelumnya itu merupakan tanggungjawab pengganti Longki yakni Syamsurizal Tombolotutu.
Semasa pemerintahan Longki Djanggola di Parimo, proyek pasar sentral itu menggunakan dana pinjaman bank dunia sebesar Rp, 21,9 miliyard. Kemudian anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebesar Rp, 5 miliyar. APBD Parimo sebesar Rp, 5 miliyard itu dipergunakan untuk membiayai pembangunan pagar keliling, drainase, kantor pengelola pasar, yang saat ini menjadi Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Masjid dan MCK didalam kompleks pasar tersebut. Kemudian jaman Syamsurizal Tombolotutu ada ketambahan dana sebesar Rp, 4 miliyard. Sehingga total biaya proyek pasar sentral Parigi itu mencapai kurang lebih Rp, 30 miliyard. Proyek pasar sentral Parigi itu dibiayai oleh dana sharing bantuan pinjaman lunak bank dunia dan APBD Parimo. Demikian dijelaskan mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Parimo Ir.H.Saifullah Djafar, M.Si.
Saifullah Djafar sekarang telah menjabat Kepala Dinas Bina Marga Sulteng. Ia masih menggunakan baju dinasnya saat ditemui koran Deadline News dan online www.koranpedoman.com dikediamannya dibilangan kompleks perumahan Tavanjuka Mas Rabu malam (10/6-2015). Ia menjelaskan panjang lebar soal pasar sentra Parigi itu. Kata dia, diatas tanah yang luasnya kurang lebih dua (+2) hektar itu, telah direncanakan 6 bagian gedung pasar sentral yang akan dibangun. Ke 6 bagian gedung itu yakni satua bagian ruko satu (R1), kemudian pasar kering (PK-A), pasar kering (PK-B), pasar kering (PK-C), dan Ruko-2.
Karena anggaran tidak mencukupi, maka hanya tiga bangunan gedung pasar utama yang disempurnakan penyelesaiannya. Sedangkan tiga gedung lainnya yakni ruko2 terpaksa ditunda penyelesaiannya. Tapi sudah 80-85 persen penyelesaiannya, tinggal finisingnya saja. Atas ketidak sempurnaan pasar sentral Parigi itu, maka diminta kepada Pemerintah Daerah Parigi Moutong untuk menyempurnakannya sesuai rencana awal, sebagaimana desain gambar pasar tersebut.
Kata Saifullah untuk menyelesaikan secara sempurna pasar sentral Parigi itu dibutuhkan biaya tambahan sekitar Rp, 15 miliyar. Sementara pada tahun 2008-2009 Pemda Parimo masih kekurangan anggaran. Makanya tidak dianggarkan proyek pengerjaan penyempurnaan pasar sentral Parigi itu. Dan nanti tahun 2010 Pemda parimo menganggarkannya kurang lebih Rp, 5 miliyard.
APBD sebesar Rp, 5 miliyard itu sebagai dana sharing antara Pemda parimo dengan dana Bank Dunia. Anggaran Rp, 5 miliyard itu dipergunakan untuk membangun kantor pengelola, Masjid, Drainase, pagar keliling dan taman. Pada tahun anggaran 2012, Bupati Syamsurizal Tombolotutu menganggarkan lagi sekitar Rp, 4 miliyard yakni tepatnya pada bulan Juni 2012 dan April 2013. Anggaran itu untuk membangun Los Ina-Ina. Dan pada tahun 2015 ini ruko 1 akan digunakan.
bersambung pada berita edisi 310 berikutnya…..