Pagi ini Ahad (2/12-2018), pukul 8:8 wita, saya meninggalkan kediamanku di BTN Teluk Palu Permai Kel.Tondo Kec.Mantikolore Provinsi Sulawesi Tengah menuju Pantai Talise.
Saya sengaja memilih berjalan laki menyusurih Pantai Talise sampai di ujung jembatan kuning yang telah porak-poranda oleh ganasnya gempa bumi dan tsunami Jum’at petang 28 September 2018.
Pantai Talise tepatnya dibelakang Polsek Palu Timur mulai ramai dikunjungi warga. Mereka mandi-mandi, berenang, dan bersenda gurau sambil menikmati jajanan khas Palu yakni putu yang terbuat dari beras ketan hitam dan putih.
Bukan itu saja tapi ada juga jajanan lainnya seperti Pisang Goreng, Burasa dan Songkolo dengan lauk pauk sambel ikan rono kering, sehingga menambah suasana indah yang penuh keakraban di Ahad pagi nan cerah itu.
Walau kondisi tanggul di bibir pantai Talise telah hancur, namun tidak membuat warga kota Palu tinggal diam berpangku tangan menunggu uluran tangan dan mengharapkan bantuan terus dari pemerintah dan para dermawan.
Mereka terus berusaha menuju kebangkitan dari keterpurukan, akibat ganasnya bencana yang telah meluluhlantakkan kota dan perkampungan di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala).
Kita tidak boleh hanya meratapi nasib yang telah ditakdirkan sang pencipta Alam dan isinya ini. Kita harus bergegas bangkit, maju dan bergandengan tangan membangun daerah kita ini.
Walau secara ekonomi kita masih jauh dari kehidupan normal seperti sediakala, pasar-pasar modern seperti Mall-Mall masih tutup, dan super market masih hitungan jari yang buka. Tapi pasar tradisional berangsur-angsur mulai ada transaksi jual beli, seperti Masomba dan Inpres.
Disamping itu warga masyarakat Pasigala sebagian besar mulai bersemangat untuk bangkit membangun ekonomi dan rumah-rumah keluarga mereka, walau kebutuhan pokok seperti air bersih masih terbatas.
Kita tinggal menunggu dukungan positif dari pemerintah, dan kemudahan-kemudahan fasilitas kredit perbankan. Pasigala harus bergegas bangkit, karena kita memiliki jiwa yang kuat dan tangguh.
“Ayo mari kita Bangkit dari keterpurukan menuju kemajuan. karena hidup ini harus berkelanjutan.”
Hadapi hidup dengan optimis, sabar, berdo’a dan berikhtiar. Memang kita masih terkendala dengan harga-harga bahan bangunan seperti Semen, besi dan atap yang juga bergerak bangkit (Kemahalan).
Tapi kita harus yakin cepat atau lambat akan normal kembali harga-harga itu. ***