Catatan Hasanuddin Atjo kunjungan ke Jepang
Paparan Mr. Kawaguchi Son, ahli kebijakan dan perencana bencana Pemerintah Kota Higashi Matsushima, Miyagi Prefektur sangat inspiratif. Pasalnya Bencana gempa dan tsunami yang melanda Jepang 11 Maret 2011(Jum’at) Pukul 14:46:18 sangat dasyat dengan kekuatan bermagnitudo 9.0. Dan saat ini hampir selesai membangun kembali kota baru yang lebih indah dari sebelumnya.
Kota HigashiMatsushima sebelum gempa berpenduduk 43.142 jiwa dan per 1 April 2019 sebesar 39.945 jiwa. Wilayah ini adalah yang terparah di Miyagi Prefektur (Provinsi). Selain gempa, wilayah ini juga diterjang gelombang tsunami sampai ketinggian 10.35 m.
Jumlah korban meninggal keseluruhan Jepang 19.689 orang, hilang 2.563 orang. Sedangkan di kota HigashiMatsushima jumlah meninggal 1.109 orang, hilang 24 orang, wilayah tergenang 36% dari luas kota ini 102 km square dan jumlah rumah rusak 5.513 unit (73 % total rumah).
Bencana gempa dan tsunami yang terjadi di kota ini memiliki kemiripan dengan yang terjadi di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong (PADAGIMO) pada Jumat 28 September 2018 Pukul 18:02:00.
Hanya tanpa liquafaksi. Pemerintah kota HigashiMatsushima bersama masyarakatnya membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk membangun kembali sesuai desain Kota Baru. Kita berharap membangun kembali PADAGIMO bisa lebih singkat karena ada pembelajaran dari Jepang melalui JICA dengan studi kasus di kota HigashiMatsushima.
Standar Operasional Prosedur Penanganan, SOP bencana di Jepang terdiri dari fase tanggap darurat, rehabilitasi-rekonstruksi seta fase Pengembangan. SOP Ini juga sama yang diterapkan di Sulteng khususnya Palu, Sigi dan Donggala dimana Pemerintah Jepang melalui JICA juga ikut terlibat.
Yang menarik dari Kasus membangun kota baru HigashiMatshusima adalah dibangunnya sebuah visi Panjang yaitu Mewujudkan “Kota Masa Depan yang Lebih Indah dan Ramah Lingkungan”, Future City Initiative. Visi Panjang ini dikomunikasikan dengan seluruh masyarakatya secara reguler pada sejumlah diskusi dan butuh waktu cukup lama.
Pemerintah selalu mengedepankan diskusi bersama warganya dan menampung gagasan serta dengan sabar mendengarkan semua unek-unek. Setelah itu Pemerintahnya menyampaikan visi panjangnya untuk Mewujudkan desain kota masa depan yang lebih indah dan ramah lingkungan.
Dengan cara seperti itu masyarakat secara sularela ikut dengan rencana kebijakan yang dibuat. Bahkan masyarakat yang harusnya tidak ikut direlokasi karena berada di zona biru (aman) dari peta kebencanaan minta juga di relokasi. Ini memberi makna bahwa rencana Pemerintah benar-benar diyakini dapat memberi manfaat yang berharga buat masyarakatnya.
Selain hal di atas hal lain yang menarik adalah semua areal yang berada di zona merah dibeli oleh Pemerintah kemudian lokasi ini dikelola oleh pihak ketiga yang barbadan hukum untuk aktifitas bisnis seperti pertanian, perikanan dan bisnis lainnya. Sementara itu Pemerintah membuatkan Hunian Tetap (Huntap) yang dapat disewa atau dimiliki dengan cara menyicil oleh masyarakat yang sepakat direlokasi.
Di saat masyarakat berada di Hunian Sementara berbagai ketrampilan dan Pengetahuan yang diberikan. Substansi materi dikaitkan dengan visi panjang Kota Masa Depan yang berkelanjutan.
Pemerintah PADAGIMO, terutama kota Palu, kabupaten Sigi dan Donggala seyogianya dapat menyusun visi panjangnya terkait Membangun Kota Masa depan yang indah dan berkelanjutan. Semoga. ***