Mudik atau pulang kampung dilakukan setiap tahun bagi kaum ekspatriat atau kaum urban yang dari kampung tinggal di kota atau sebaliknya dari kota satu ke kota lain ataupun daerah lainnya.
Tradisi mudik itu sebuah bukti bahwa kita masih punya rasa cinta terhadap kampung halaman.
Bagi kaum ekspatriat, macet, berdesakan disuasana antrian baik membeli tiket maupun saat berkendaraan dijalanan menuju kampung halaman bukanlah soal yang jadi hambatan.
Pokoknya harus sampai dikampung halaman berkumpul dengan keluarga, bersilaturrahim sambil bersenda gurai dengan sahabat masa kecil, handai tolan dan keluarga sekampung.
Mudik disaat jelang hari raya Idul Fitri bagi kaum muslimin sangatlah asyik dan penuh romantisme.
Apalagi jika kedua orang tua kita masih hidup. Kita masih dapat bertemu dan berkumpul dengan mereka dalam suasan yang penuh keakraban dan cinta kasih sayang.
Dikampung masih kita dapati tradisi budaya pawai obor dimalam Idul Fitri. Orang kampung berjalan kaki dari satu dusun ke dusun lainnya sambil menentang obor dengan gemah takbir mendayu-dayu memuji kebesaran sang pemilik alam, jiwa dan raga kita.
Adalah Kampung Pattinjo (Lombo), Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan tempat kami mudik itu.
Kampung Pattinjo di Pinrang ini berada di tiga kecamatan yakni Kecamatan Lembang, Duampanua dan Batu Lappa. Daerah utara Kabupaten Pinrang ini berbatasan dengan Kabuparen Polewali Mandar (Polman Sulbar).
Daerah ini didiami kurang lebih 100 ribu penduduk yang asal muasalnya dari Kampung Letta, salah satu daerah pegunungan di Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
Masyarakat di daerah Pattinjo itu sebenarnya mereka satu rumpun keluarga yang mendiami lembah, pegunungan, dan tepi Pantai.
Di tiga daerah itu masih mempertahankan nilai-nilai trandisi budaya pawai obor diamalam takbiran jelang hari raya Idul Fitri. Mereka memadati jalan-jalan raya dalam suasana kedamaian, riang dan gembira sembari mengumandangkan takbir.
Mudik di kampung halaman yang masih asri, hijau dan adem benar-benar patut dilihat dan dicontoh generasi kita. Karena dikampung nilai-nilai kebersamaan dan gotongroyong masih dirawat dan dipelihara.
Semua persoalan diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Sangat jarang perselisihan warga kampung berakhir di proses hukum, tapi semua diselesaikan dengan damai penuh rasa kekeluargaan.
Di kampung masih kita dapat menjumpai warga saling kunjung mengunjungi dari rumah ke rumah lain, walaupun sebenarnya sudah salaing berjabat tangan di Masjid seusai salat Idul Fitri.
Mudik di kampung bukan hanya bertemu dan bersilatturrahim dengan keluarga, tapi disuguhi berbagai macam makanan, mulai dari makanan berbau kota hingga tradisional ala kampung yang masih alami.
Dari Kampung Pattinjo Lombo Kami Ucapakan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 144 Hijriah, Mohon Maaf Lahir Bathin. ***