Sains dan teknologi merupakan dua bidang yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah bagian penting dari kemajuan dunia dan peradaban manusia.
IPTEK dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan hidup, namun juga dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diharapkan.
Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di seantero nusantara tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebut saja perhitungan cepat atau quick count hasil pilkada itu berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi internet.
Hari ini suka atau tidak, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bersama perangkat – perangkat lunaknya. Jejak digital tidak dapat disembunyikan atau diakal – akali seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diera milenial ini.
Mungkin tak seorangpun manusia di dunia ini yang tidak melek teknologi digital. Mulai dari tidur dan bangun tidur, dari pagi ke pagi semua bersahabat dengan teknologi digital yang bernama handpone dan adroid.
Mulai dari anak – anak, remaja, dewasa maupun orang tua semua melek digital. Makanya tidak heran kalau pemerintahan Prabowo – Gibran memprogramkan hilirisasi digital.
Bagi orang – orang yang melek digital, mau tidak mau pasti mempercayai hasil rizet dan teknologi seperti hasil survei lembaga – lembaga suravei seperti LSI, Poltracking, Indikator, Charta Politika dan sejumlah lembaga rizet lainnya yang berbasis teknologi merilis hasil Pilkada di seluruh Indonesia.
Hasil rizet lembaga – lembaga berbasis teknologi digital itu bukan hoax atau mengada – ada, tapi mereka punya data dan ribuan orang yang dipekerjakan untuk membantu menginput data langsu dari lapangan. Sehingga tidak ada rekayasa, sekalipun ada potensi margin errornya 1 – 2 peren.
Atas hasil rizet yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi itu Pilkada Sulawesi Tengah dalam waktu hitungan jam sudah diketahui pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara terbanyak.
Poltracking, Indikator, Charta Politika dan Sirekap KPU merilis pasangan Anwar Hafid – Reny Lamadjido yang bertagline BERANI (BERSAMA ANWAR – RENI/Y) dengan nomor urut 2, meraih 45,40%, 44,41%, 45,83% dan 45,03 %.
Sedangkan paslon Beramal (Ahmad Ali – Abdul Karim Al Jufri) pada urutan no.1 memperoleh suara 37,75 %, 38,47 %, 38,08 %, 38,60 %.
Kemudian paslon SANGGANIPA (Rusdy Mastura – Sulaiman Agusto Hambuako, meraih suara, 16,85 %, 17,12 %, 17,09 % dan 16,36 %.
Dari hasil rizet, teknologi dan ilmu pengetahuan itu, Rusdy Mastura memberikan tauladan dan contoh berdemokrasi dengan baik. Dimana Gubernur Sulteng 2020 – 2025 itu menerima hasil rizet dan teknologi ilmu pengetahuan berbasi digital itu.
Dikutip dari berbagai media online menanggapi hasil rizet lembaga survei berbasis teknologi digital, calon Gubernur Sulteng nomor urut 03 Rusdy Mastura menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima seluruh hasil dalam pelaksanaan Pilkada 2024.
Hal itu disampaikan Rusdy Mastura saat menghadiri konferensi pers hasil real count Vera Elena Laruni-Taufik Burhan di Jl Setia Budi, Kota Palu, Kamis (28/11/2024).
“Saya terima tidak goyang saya, biasa-biasa, karna orang olaragawan biasa menang biasa kalah, saya pernah ikut pemilihan 7 kali, pernah juga kalah dan menang,” ucapnya.
Kata Rusdy Mastura, pihaknya telah mempercayai sepenuhnya kepada pihak KPU untuk melakukan rekapitulasi suara hingga selesai.
“Percaya saja KPU, ada juga PDIP punya, biar saja mereka yang hitung sesuai dengan KPU kalau memang begitu (kalah) eh sudah saya mengalah, kalau trennya kita kalah, tapi belum kalah, hanya trennya,” ujarnya.
Kedewasaan berpolitik, berdemokrasi dan Sportifitas Om Cudy patutlah kita contohi. Walaupun hidup di empat jaman, ordelama, orde baru, orde reformasi dan orde milineal, Om Cudy mampung mengikuti zaman, sehingga tidak gagap teknologi, hasil rizet berbasi teknologi dan digital diterimanya dengan baik. ***