LS-ADI Tuntut Copot Kapolda Sulteng

foto Pengurus LS-ADI saat melakukan demo di depan Polda Sulteng. foto dok LS-ADI/deadline-news.com
0

 

Antasena (deadline-news.com)-Palusulteng- Lingkar Studi Aksi dan Demokrasi Indonesia (LS-ADI) menggelar aksi kemanusiaan di Depan Polda Sulteng Kamis (4/6-2020).

Aksi LS-ADI itu menyorot kasus tewasnya warga Poso dalam insiden penembakan yang diduga dilakukan oknum polisi.

Berbeda dari unjuk rasa biasanya, selain berorasi, sejumlah massa aksi itu menggelar salat gaib untuk korban meninggal penembakan terhadap warga di Poso.

Demo tersebut melayangkan dua tuntutan yaitu usut tuntas kasus penembakan warga Poso dan copot Kapolda Sulteng. Koordinator lapangan (Korlap) Renaldi menguraikan kasus kejahatan kemanusiaan terus berulang di kabupaten Poso.

Sebelumnya pada bulan April 2020 telah terjadi pembunuhan sadis terhadap warga sipil yaitu Qidam Alfariski Mofance dengan luka tembak, luka tusukan pisau dan sayatan pisau hingga tewas dan hal tersebut dilakukan oleh oknum aparat kepolisian dengan cara yang sadis.

“Peristiwa pembunuhan sadis tersebut belum luput dari ingatan kita, kini pada 2 Juni 2020 terjadi lagi kejahatan kemanusiaan yaitu penembakan oleh aparat kepolisian yang menghilangkan nyawa petani dusun Sipatuo dipegunungan kawende KM 9, Dua korban tewas atas penembakan tersebut bernama syarifudin dan firman yang merupakan seorang petani yang menjadi korban kebiadaban oleh oknum aparat kepolisian,” kata Renaldi dalam orasinya.

Ia juga mengatakan peristiwa penembakan itu merupakan kejahatan kemanusiaan yang terus-menerus terjadi di kabupaten Poso, hingga saat ini dalam beberapa kasus penembakan oleh pihak keluarga korban belum mendapatkan keadilan.

“Masyarakat menginginkan rasa aman untuk setiap aktivitas, namun pihak keamanan yaitu kepolisian tidak dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Negara mengkampanyekan lawan teroris, namun kenyataannya alat negara yaitu kepolisian telah menjadi teroris terhadap warga masyarakat Poso saat ini,” katanya.

Renaldi menyebut ditengah pandemi Covid-19 masyarakat disarankan untuk terapkan new normal life namun penembakan terhadap warga sipil kabupaten Poso membuat kehidupan menjadi Abnormal. (rilis LS-ADI). ***

Tinggalkan Komentar Anda! :

%d blogger menyukai ini: