Pemadaman listrik tak beraturan di Kota Palu khususnya dan Sulteng umumnya telah menimbulkan reaksi keras dari Gubernur Provinsi Sulteng Drs.H.Longki Djanggola. Reaksi itu teraplikasi dalam demonstrasi bersama-sama masyarakat di PLN Cabang Palu. Masalahnya Sulteng sebagai produsen listrik terbesar, malah dianak tirikan. Betapa tidak, PLTA Sulewana yang menghasilkan ratusan ribu megawatt energi listrik hanya numpang lewat di Palu. Padahal mestinya sebagai ibu Kota Provinsi Sulteng mendapatkan pasukan energi listrikyang lebih besar.
Tapi apa lancur, Sulteng hanya menjadi produsen yang tertinggal dan terkesan dianak tirikan. Makanya Gubernur melakukan demonstrasi secara damai ke PLN Palu. Namun begitu, Demo yang dilakukan Gubernur Longki itu tentunya akan menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Pasti lawan-lawan politiknya menilai itu hanya mencari simpati masyarakat. Apalagi tidak lama lagi pemilihan Gubernur Sulteng. Artinya masa jabatan Gubernur Longki tinggal menghitung bulan. Jika sesuai jadwal KPU maka, Pilgub Sulteng akan berlangsung 6 Januari 2016 mendatang. Tapi jika serentak, maka akan berlangsung Maret 2016 atau tahun 2018 mendatang.
Terlepas dari adanya tendensi politik, yang pasti Gubernur Longki telah berjuang untuk kepentingan masyarakat Sulteng secara umum. Listrik adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia. Terutama yang bermukim di perkotaan. Karena hampir semua sektor kehidupan di perkotaan membutuhkan listrik. Sebut saja, menanak nasi, merebus air, menyitrika, menjalankan mesin foto copy, pendingin ruangan, menghitung uang, melakukan transaksi uang di bank, bisnis komputer, koran dan online serta yang berbau elektronik lainnya membutuhkan energi listrik. Olehnya langkah Gubernur Sulteng Longki Djanggola mendemo PLN patut diberi apresiasi positif. Apalagi meminta agar PLN Palu berdiri sendiri dan tidak lagi dibawah kendali PLN Suluttenggo. Tapi menjadi distrik sendiri, bersama-sama Sulbar.
“Kami menganggap dengan kita bergabung kepada Suluttenggo kita merupakan daerah yang dianaktirikan. Kita diabaikan bahkan kita tidak dipedulikan sama sekali. Untuk itu melalui bapak Wapres Muhammad Jusuf Kalla kemarin, kami sampaikan surat permohonan kami, agar regional Palu pisah dari Suluttenggo,” kata Longki saat melakukan pertemuan dengan kepala PLN Area Palu Novalince Pamuso Sabtu (31/1/2015).
Menurut Longki, ada dua daerah yang meminta berpisah dan berdiri sendiri untuk mengurus listriknya. Daerah itu adalah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Saat ini, Sulteng masih tergabung dalam Regional Suluttenggo dan Sulbar masih berada di Sulseltrabar (Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat).
“Sehingg nanti di wilayah Sulawesi ada tiga regional, yakni regional Sulawesi Utara Gorontalo, Regional Sulawesi Tengah Sulawesi Barat dan Regional Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara. Itu usulan kami kepada PLN mudah-mudahan ini menjadi perhatian yang sungguh-sungguh,” lanjut Longki.
Sementara itu, menyangkut janji PLN untuk menyelesaikan persoalan listrik di pertengahan Februari 2015 ini, Gubernur Longki Djanggola mengaku akan terus mengawal pengerjaan transmisi PLTA Sulewana oleh PLN, hingga seluruh transmisi listrik tersebut berfungsi.
“Pasti Saya kawal terus sampai dia berfungsi. Jadi Insya Allah, sama-sama kita kawal. Janjinya ini lagi pertengahan februari tapi saya tidak mau menekankan pertengahan februarinya, Saya minta februari ini betul-betul sudah berfungsi,” tegas Longki Djanggola Menurut Longki, dirinya juga menghendaki seperti apa yang menjadi tuntutan-tuntutan masyarakat. Saat ini kata Longki, pengerjaan transmisi PLTA Sulewana oleh PLN sudah mencapai 98 persen. “Mudah-mudahan dengan selesainya transmisi pasokan listrik cukup, tidak akan ada lagi pemadaman, tidak akan ada lagi byar pet dan lain-lain,” lanjut Longki, seperti dikutip dari Kabarselebes.com. ***