Jum’at malam (20/12-2019), di Lobi Classic Hotel dibilangan pasar Baru Jakarta, saya bersama dua orang rekan pewarta yakni Fauzi (kantor berita Antara) dan Syahrul alias Heru (Portalsulawesi.com) berbicang serius dengan walikota Palu Drs.Hidayat, M.Si.
Kebetulan saat itu kami bertemu secara tidak sengaja. Saya dan Heru baru saja mengikuti musyawarah nasional serikat media siber Indonesia (Munas SMSI) di gedung DPP PWI jalan Kebun Sirih Jakarta Jum’at Pagi hingga sore (20/12-2019), namun sebelumnya kami telah bertemu Walikota Hidayat diacara rapat koordinasi (Rakor) Rencana Tata ruang Daerah (RTD) di salah satu hotel bintang 5 di Jakarta.
Adalah Abdul Kamasuki Dirjen Wilayah dan Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, sebagai pemateri dalam Rakor itu.
Dari sekian banyak kepala daerah (Kota dan Kabupaten) yang hadir, salah satunya adalah walikota Palu Drs.Hidayat, M.Si dan Kadis Bina Marga Sulteng Ir.H.Syaifullah Djafar, M.Si juga nampak hadir mewakili Pemprov Sulteng.
“Tata Ruang adalah pintu masuk terbaik bagi Investasi menuju Negara Makmur, Sejahtera dan Adil”. Begitulah tema Rakor itu.
Dihadapan peserta Rakor dan Dirjen Wilayah Tata Ruang, Walikota Hidayat memaparkan bahwa pemerintahannya pasca bencana alam (Gempa Bumi,Likuifaksi dan Tsunami = Genit) pihaknya membagi empat zona tata ruang di wilayah Kota Palu.
Sesuai kondisi alam Kota Palu yang berdimensi 4 wilayah tata ruang yakni Gunung, Perbukitan, Laut dan Sungai membelah di tengah kota, tentunya membawa keindahan, keunikan dan daya tarik tersendiri. Olehnya Kota Palu disebut kota 4 dimensi, yang akan disesuaikan dengan pembangian zona wilayah Tata Ruang Kota Palu.
Wilayah Tata Ruang Palu Selatan, merupakan destinasi wisata alam. Kemudian Wilayah Palu Barat dan Ulujadi merupakan zona destinasi khusus pantai dan perbukitan, namun pemukiman warga sebagian direlokasi. Sementara Palu Timur dan Mantikolore masuk wilayah perkantoran pemerintah dan seabagian destinasi wisata kuliner. Sedangkan Wilaya Palu Utara dan Tawali Wisata Agro Industri. Karena disana ada kawasan ekonomi khusus (KEK).
Untuk mendukung Destinasi wisata alam, pantai dan perbukitan, walikota Palu Drs.Hidayat, M.Si telah merencanakan pembangunan kereta gantung dari Salena ke Perbukitan Taman Kota Kaombona di kelurahan Talise Kecamatan Mantikolore.
“Rencana pembangunan kereta gantung ini, sementara dikaji oleh IPB Bandung. Sebab di perbukitan Salena terdapat Ewe tumbu (air timbul dari dalam tanah) dan sudah dibebaskan lahan dari hutan lindung untuk mendukung destinasi alam dan kuliner khas to Kaili, dimana didalamnya terdapat lokasi paralayang, perkemahan alam dan kotage-kotage, sehingga memberi daya tarik tersendiri bagi para pengunjungnya,”kata Walikota Hidayat.
Menurutnya saat ini saja hampir setiap minggu lokasi perbukitan Salena mulai ramai dikunjungi wisatawan baik lokal Palu maupun dari luar Palu.
Karena memang pemandangan alamnya sangat Indah, dan menarik. Apalagi jika di sore hari hingga malam hari kota Palu terlihat Indah, Ramai dan nyaman dipandang mata dari atas bukit Salena.
Kata kandidat doktor kebijakan publik Untad itu, Kereta Gantung seperti di Ancol Taman Mini Indonesia Indah (TMII) itu, turun dari atas perbukitan Salena ke Perbukitan Taman Kota Kaombona melintasi pantai taman Ria dan Pantai Talise Teluk Palu. Begitupun sebaliknya dari Taman Kota Kaombona ke Perbukitan Wisata Salena.
Perbicangan Jum’at malam bersama walikota Hidayat itu dimulai sejak pukul 20:30 wita, seusai makan malam di emperan tidak jauh dari Classic Hotel Pasar Baru itu. Adalah goreng paru, tempe dan tahu ditambah dabu-dabu rica dan garam saja, menu makan malam Walikota Hidayat di emperan pinggir jalan sekelas Mas Joko di Palu itu.
Usai makan malam kembali ke lobi classic hotel, kami pun memulai perbicangan. Heru dan Fauzi lebih banyak bertanya. Sedangkan Walikota Hidayat lebih banyak menjelaskan ide-ide dan mimpinya yang segera diwujudkannya yang tertunda akibat bencana alam 28 September 2019.
Jum’at malam itu, sebenarnya Walikota Hidayat diserang sakit kepala disertai agak pusing, mungkin pengaruh ide yang ada dalam kepalanya tidak tersalurkan dengan baik.
Namun setelah berbincang, sangat panjang dengan kami, kelihatannya kepala walikota Hidayat mulai sehat, sakit dan pusing yang dirasakannya perlahan mulai hilang, apalagi dalam perbincangan kami itu Walikota Sesekali tertawa walalu serius lagi menjelaskan ide-ide cerdasnya.
Jum’at malam di Classic hotel itu, Walikota didampingi Kabag Humas dan Protokoler Pemkot Palu Gunawan bersama 3 orang ajudan dan sesprinya. Kami disuguhkan kopi hitam dalam perbicangan dengan walikota Hidayat di Ibu Kota Negera itu.
Walikota Hidayat menjelaskan pasca Gempa Bumi, Likuifaksi dan Tsunami (Genit), pihaknya telah membangun ratusan hunian tetap bekerjasama Buddha Tzu Chi dan beberapa NGO dan pemerhati kemanusiaan termasuk bulan sabit merah.
Bukan hanya itu, tapi juga perbaikan dan pembangunan infrastruktur seperti ruas jalan baru dan jembatan. Untuk perbaikan jalan yang rusak akibat bencana alam, Pemerintah Kota Palu telah menggelontorkan dana ratusan miliyar.
Di wilayah Hunian Tetap (Huntap) Tondo saja, telah digelontorkan biaya sebesar Rp,103 miliyar untuk pembangunan ruas jalan arteri, jalan penghubung dan land klering. Dana itu bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tahun 2018-2019.
“Diusia pemerintahan saya 3 tahun lebih ini, saya bersama jajaran pemerintah Kota Palu lainnya fokus membangun dan bangkit dari keterpurukan akiban bencana alam. Dan saat ini kota Palu mulai ramai dan warganya bangkit dari keterpurukan. Ekonomi mikro mulai bergeliat. Sebab memang hanya ekonomi makro yang merasakan beratnya dampak bencana alam 28 September 2018, itu. Sehingga masi sangat sulit bangkit mereka. Tapi Mikro sangat cepat bangkit olehnya ekonomi mikro inilah yang kita dorong terus untuk terus berkembang,”tutur Walikota Hidayat sembari mencontohkan disatukannya destinasi koliner di kawasan hutan kota Kaombona Talise.
Perbicangan kami dengan Walikota Hidayat di Lobi Calassic hotel berakhir hingga pukul 2:30 dini hari Sabtu (21/12-2019). ***