Jendral “NARKOBA”

 

 

Rusaknya lembaga polri benar-benar memprihatinkan. Kerusakan itu digembosi dari dalam.

Citra polri benar-benar hancur, akibat tindakan dan prilaku oknun anggotanya sendiri.

Ada oknum polisi terlibat pemerkosaan, perampokan, perjudian, pelecehan seksual, pembunuhan dan peredaran serta pemakai narkoba.

Soal peredaran narkoba di lingkaran oknum anggota Polri bukan informasi tabu lagi. Sejak beberapa tahun lalu sejumlah oknum anggota Polri tertangkap bermain dengan sejumlah bandar narkoba.

Mulai dari pangkat rendah hingga irjen Polisi masuk dalam lingkaran jaringan peredaran narkoba.

Celakanya lagi bukan hanya ikut membekingi, tapi diduga turut mengedarkan dan mengkonsumsi narkoba.

Bayangkan barang bukti narkoba dipalsukan dengan menggantinya batu tawas. Tidak tanggung-tanggung 5 kilogram.

Bisnis narkoba memang menggiurkan karena dalam tempo singkat, dapat meraup untung banyak. Tegasnya dengan bisnis narkoba katanya cepat kaya raya.

Namun sayangnya bisnis itu dapat merusak generasi muda negeri ini. Bagaimana narkoba bisa diberantas jika oknum aparat kepolisian sendiri bermain didalamnya.

Makanya tidak heran, jika selama ini bandar narkoba yang ditangkapi hanya dianggap kurir.

Sehingga hukumannya ringan. Paling tinggi 5-10 tahun. Celakanya lagi dari balik penjara mereka masih bisa mengembangkan dan melancarkan bisnisnya.

Bisnis narkoba dari dalam lapas juga bukan hal baru. Jadi para penegak hukum sudah terkontaminasi dengan jaringan narkoba.

Bahkan bisa jadi ada oknum di lembaga terhormat kita seperti DPR RI, DPRD yang terlibat jaringan peredaran atau pengguna narkoba.

Semua itu karena uang. Kekuatan financial para bandar narkoba sangat luar biasa.

Mereka mampu mempengaruhi siapa saja termasuk para oknum petinggi Polri.

Baru – baru ini viral dipemberitaan berbagai media, baik online, elektonik maupun cetak seorang Irjen Polisi bernama Teddy Minahasa Putra ditangkap Divpropam Mabes Polri atas dugaan keterlibatannya dalam jaringan narkoba.

Lalu bagaimana narkoba dapat diberantas kalau yang diharapkan memberantasnya justru terlibat dalam jaringan itu?

Apakah masih kurang gaji dan tunjangan sang Irjen Polisi itu sampai harus nyambi didunia narkoba?

Masyarakat memang sudah menurun kepercayaannya terhadap lembaga Polri. Namun demikian masih ada setitik harapan dari ketegasan Kapolri Jendral Polisi Listyo Sigit Prabowo membersihkan Polri dari oknum-oknum polisi “busuk”.

Kita patut mengapresiasi kinerja Kapolri Listyo Sigit Prabowo yang berani dan tegas terhadap jajarannya yang berlaku curang.

Polri memang harus dibersihkan dari oknum-oknum anggotanya yang tak berintegritas, rusak, tak bermoral, egois, koruptif, dan mementingkan diri sendiri.

Padahal kepentingan bangsa diatas segala-galanya, makanya negara terus meningkatkan biaya bagi Polri, mulai dari gaji, peningkatan sumber daya manusia hingga tunjangan jabatan dan kinerja.

Sangat tepat arahan Bapak Presiden Joko Widodo meminta gaya hidup anggota polri sederhana tidak bermewah-mewahan. Tegakkan hukum, melayani, megayomi dan melindungi masyarakat dan negara dari gangguan kantibmas.

Semoga dari berbagai muzibah yang menimpa Polri menjadi pelajaran menuju polri yang lebih matang, lebih baik, lebih berintegritas, jujur, bersih dengan tagline melayani, mengayomi dan melindungi. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top