“Perjalanan ribuan mil dimulai dengan langkah pertama.”-Lao Tzu.
Oleh Natsir Said, SH
Tokoh filsafat Tiongkok di abad ke-6 sebelum masehi itu, begitu menghargai arti sebuah proses. Ia tidak melihat capaian-capaian manusia dalam cara pandang dan kerja-kerja yang instan. Dalam segala hal, begitu pun Politik yang dibentuk oleh putaran masa, baik secara sadar ataupun tidak oleh pelaku.
Wajah politik elektoral pasca reformasi mesti telah sampai pada level itu. Kerja-kerja politik dibangun jauh hari sebelum event digelar. Ia harus bergerak dalam langkah yang terukur dan sistematis, memiliki kepekaan atas dinamika sosial untuk kemudian mengabdi pada masyarakat sesuai kemampuan yang dimiliki.
Sebuah gerak ideal dalam makna politik yang sebenarnya, sehingga yang tersaji pada publik adalah atraksi politik yang memukau, sarat nilai karena menempatkan pengabdian sebagai basis argumentasi, sekaligus sebagai antitesa atas dominasi politik uang yang merusak dan kotor.
Dalam kontestasi Pilkada serentak di tahun 2020, ada harapan besar di Kabupaten Tojo Unauna (Touna), Sulawesi Tengah. Sosok Ilham S. Lawidu yang kini duduk di kursi Legislatif setempat menjadi proyeksi politik pelayanan. Dalam rancangan politik daerah, ia digadang akan mendampingi incumbent-Mat Lahay-dengan posisi sebagai Wakil untuk periode 2020-2025.
Capaian itu tidak didapat secara instan. Jauh hari sebelum berfikir politik praktis Ilham telah terjun dalam kerja-kerja kemanusiaan. Maka tak heran ketika keinginan melayani lebih luas include dalam kerja-kerja politik ia tak terlalu mengalami kendala untuk duduk sebagai anggota DPRD Touna dari partai Golkar. Elektabilitas yang lahir dari sifat melayani itu pula yang jadi modal utama ia kembali terpilih di periode selanjutnya (2019-2024).
Kini arus dukungan publik pun berharap Ilham ambil bagian dalam Pilkada Touna. Dinamika politik yang dialaminya saat ini benar-benar membuktikan untaian Lao Tzu yang mengharuskan pencapaian tujuan langkah demi langkah.
Ia tidak jadi secara instan karena modal financial, ia bukan seorang pengusaha yang dijadikan sebagai starting point masuk dalam karir politik awal. Pelayanan dalam hal apapun ia lakukan pada orang-orang di sekelilingnya adalah modal utama. Sebuah manifestasi politik sederhana yang memang semestinya begitu.
Masih dalam konteks melayani, ada cerita menarik dari Moh. Yamin Hiola, warga Ampana pada penulis. Walau telah menjadi anggota legislatif, Ilham masih turun langsung membeli solar untuk menghidupkan genset warganya di kepulauan Togean. Memang jaringan listrik belum merambah beberapa pulau kecil di jejeran wilayah kepulauan setempat.
Sebuah fakta yang membangun harapan pada masyarakat Touna, bahwa Tuhan akan selalu menghadirkan orang-orang yang dapat menjaga amanah dan tanggungjawab. Sebab-sekali lagi-politik memang mesti seperti itu. Ia harus dikembalikan pada makna yang semestinya sebagai profesi pengabdi, sebab orientasi politik tidak lebih dari hanya satu kata-pelayanan.***