Faisal Basri Kecewa Pertamina Beli BBM Tanpa Trader

Menteri ESDM Sudirman Said (kanan), Menteri BUMN Rini M Soemarno (tengah), dan Ketua Tim Reformasi Tata kelola Migas Faisal Basri, memberikan keterangan kepada wartawan tentang pembentukan Tim Reformasi Tata Kelola Migas di Gedung ESDM, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2014). Tim Reformasi Tata Kelola Migas resmi dibentuk oleh Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN untuk meninjau kebijakan pemerintah di sektor energi dari hulu sampai hilir, serta mengkaji ulang keberadaan SKK Migas dan BP Migas. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Menteri ESDM Sudirman Said (kanan), Menteri BUMN Rini M Soemarno (tengah), dan Ketua Tim Reformasi Tata kelola Migas Faisal Basri, memberikan keterangan kepada wartawan tentang pembentukan Tim Reformasi Tata Kelola Migas di Gedung ESDM, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2014). Tim Reformasi Tata Kelola Migas resmi dibentuk oleh Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN untuk meninjau kebijakan pemerintah di sektor energi dari hulu sampai hilir, serta mengkaji ulang keberadaan SKK Migas dan BP Migas. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

JAKARTA – Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Faisal Basri mengaku kecewa dengan PT Pertamina (persero). Pasalnya melalui juru bicaranya Ali Mundakir, Pertamina mengaku membeli BBM bersubsidi melalui perusahaan National Oil Company (NOC) bukan melalui trader.

“Saya sungguh sangat kecewa dengan juru bicara Pertamina itu,” ujar Faisal di Jakarta, Kamis (4/12/2014).

Faisal memaparkan bahwa anak usaha Pertamina yang berada di Singapura, PT Petral membeli lewat beberapa trader asing seperti Hin Leong Trading Ltd, dan Kernel Oil yang menyeret mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubaindini.

“Kita benci, kalau bohong. Jadi tolong kasih statement dan penjelasan yang jujur,” tegas Faisal.

Faisal memaparkan bahwa tugasnya adalah memberi rekomendasi agar aturan main di sektor migas menjadi jelas. Saat ini Faisal mempunyai beberapa bukti bahwa Pertamina melalui Petral membeli BBM bersubsidi yang diimpor ke dalam negeri melalui trader.

“Ada trader yang merealisasikan kontrak-kontrak itu bukan national oil company. Seperti yang diklaim Pertamina dan Petral,” kata Faisal.(Tribun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top