Bang Doel (deadline-news.com)-Palusulteng-Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura yang akrab disapa Kak Cudy dalam konfrensi pers di kediamannya Minggu siang (13/2-2022), sekitar pukul 14:45 wita, menegaskan dirinya tidak punya kewenangan untuk mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP).
“Karena soal IUP semua adalah kewenangan pusat (Kementrian Energi dan sumber daya mineral-ESDM),”tegas mantan walikota Palu dua periode itu.
Gubernur Cudy didampingi tenaga ahli bidang Investasi Ronny Tanusaputra dalam konfrensi pers itu.
Ia mengatakan sangat menyangkan terkait dengan unjuk rasa di Desa Khatulistiwa Kecamatan Tinombo Selatan/Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong yang menolak kehadiran perusahaan pertambangan PT.Trio Kencana, sehingga menimbulkan korban jiwa.
“Selama ini masyarakat belum pernah datang menemui saya untuk berdialog terkait keberadaan PT.Trio Kencana di Sana. Sehingga belum diketahui apa persoalnya. Apa yang masyarakat tolak. Karena PT.Trio Kencana itu memilik IUP,”ujar Cudy.
Menurutnya keberadaan PT.Trio Kencana tidak semua masyarakat menolaknya. Tapi hanya sebagian, karena masyarakat khawatir lahan persawahannya terdampak.
“Olehnya kita minta pihak perusahaan segera membayar biaya ganti rugi lahan masyarakat yang setuju dengan kehadiran perusahaan tambang itu. Dan yang tidak setuju, kita minta Kementrian melakukan penciutan lahan, sehingga semua bisa berjalan dengan baik,”jelas Gubernur Cudy.
Cudy menegaskan lahan IUP PT.Trio Kencana belum ada yang dikorek, sehingga apanya yang mau dipersoalkan.
“Dan justru saya dapat dituntut secara hukum jika sewenang-wenang menutup PT.Trio Kencana yang notabene memiliki legalitas (IUP). Apalagi saya selaku gubernur tidak punya hak dan kewenangan menutup perusahaan tambang yang legal,”tutur Cudy.
Disinggung soal adanya korban jiwa dalam aksi demonstrasi penolakan tambang milik PT.Trio Kencana Sabtu pagi hingga malam, Cudy mengatakan sangat menyayangkan kejadian itu. Dan pihaknya mengaku turut berduka cita.
“Kita turun berduka cita atas peristiwa itu. Dan aparat kepolisian harus mengusut tuntas siapa provokator dibalik aksi yang menimbulkan korban jiwa itu,”ucap Cudy.
Kata Cudy, kericuhan antara massa aksi dengan aparat keamanan diduga ada provokatornya.
“Bagi yang diduga terlibat memprovokasi sehingga ricuh antara massa aksi dan aparat keamanan harus diproses. Siapapun yang bersalah harus diproses secara hukum,”terang Cudy.
Cudy mempertanyakan kenapa baru sekarang masyarakat memprotes keberadaan PT.Trio Kencana itu? Padahal keberadaannya di Parigi Moutong sejak 2012.
Cudy menegaskan dirinya sebenarnya sudah berjanji ke masyarakat termasuk yang aksi itu akan datang berdialog sama mereka pada hari Senin (14/2-2022).
Tapi Massa itu sudah tidak sabar, maunya segera datang pada hari Sabtu itu. Padahal sebagai gubernur bukan cuman mereka yang mau dilayani.
“Karena kebetulan saya ada kunjungan kerja ke Morowali Utara mengecek langsung vaksinasi di sana. Saya bersama-sama Kapolda dan rapat virtual dengan Kapolri terkait evaluasi vaksinasi di wilayah Morut, sehingga saya minta ke masyarakat melalui video call di handpone tenaga ahli Ridho Saleh akan datang ke Kasimbar pada hari Senin besok. Bahkan Sabtu sore setelah tiba dari Morut saya mau ke Kasimbar menemui para pendemo, tapi karena alasan keamanan, sehingga pak Kapolda meminta ditunda dulu sampai hari Senin besok sekaligus mereka melakukan sterilisasi soal keamanan,”jelas Cudy.
Cudy menambahkan dengan adanya peristiwa bentrok antara massa dengan aparat keamanan, karena masyarakat tidak taat hukum.
Sebab mestinya aksi demo itu dihentikan pada waktu yang telah ditentukan. Apalagi mereka menutup akses ruas jalan nasiona yang menjadi jalur utama masyarakat ke Gotontalo, Manado dan Tolitoli Buol.
“Kasihan masyarakat yang mau lewat harus tertahan karena akses jalan nasional ditutup massa pendemo. Aparat harus melakukan Penertiban karena banyak orang dan kendaraan terganggu akibat penutupan ruas jalan nasional itu,”ungkap Cudy.
Kata Cudy seandainya massa yang aksi itu mau bersabar menunggu saya sampai hari Senin atau tidak menutup akses ruas jalan nasional mungkin tidak ada yang jadi korban jiwa.
“Kenapa tidak mau bersabar menunggu sampai dua hari. Ada apa sebenarnya. Saya curiga ada cukong-cukong dibalik aksi itu. Ini yang harus ditelusuri oleh aparat hukum,”tutup Cudy. ***