Bentrok Polisi VS Petambang Dongi-Dongi 10 Luka Tembak

Jalan Palu-Palolo-Napu macet total sejak pukul 14.00 WITA

Sigi, Sulteng, (Deadline News/koranpedoman.com)-Upaya penegakkan hukum terhadap pelaku penambangan emas tanpa izin (peti) di Dongi-dongi, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, berujung bentrok dengan polisi dan TNI, Selasa siang, menyebabkan 10 orang luka tembak peluru karet dan 50 lainnya ditahan polisi. Demikian diutif dari kantor berita antara (Selasa-29/3-2016).

Bentrokan terjadi di sekitar pos Polisi Kehutanan (Polhut) Wilayah Ranoromba, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, mulai sekitar pukul 14.00 WITA saat aparat keamanan menghalau sekitar 700-an penambang dan warga Dongi-dongi yang sedang berkonvoi menuju Kota Palu untuk berdemo di DPRD Sulteng.

Karena kesal perjalanan mereka dihalau, warga yang membawa benda-benda tajam seperti parang, kayu serta bambu itu mencoba menyerang aparat keamanan sehingga polisi terpaksa melepas tembakan peringatan, bahkan tembakan peluru karet ke arah warga.

“Ada 10 orang yang terluka kena peluru karet, namun sudah dilarikan ke RSU Bhayangkara Palu untuk mendapat perawatan,” kata Wakapolda Sulteng Kombes Pol Leo Bona Lubis yang berada di lokasi untuk mengendalikan situasi.

Sementara itu, 50-an warga terpaksa ditangkap aparat karena melempari petugas dan melakukan perlawanan dengan menggunakan benda-benda tajam.

Akibat bentrok tersebut, jalur jalan Palu ke Palolo, Kabupaten Sigi serta Lore, Kabupaten Poso, macet total sejak sekitar pukul 14.00 WITA, dan sampai berita ini diturunkan, belum ada tanda-tanda jalan akan terbuka karena ketegangan masih terjadi antara aparat dan massa.

Ratusan kendaraan roda empat dan roda dua kini tertahan di kawasan hutan yang terletak sekitar 25 kilometer selatan Kota Palu tersebut.

Wartawan Antara dari lokasi bentrok melaporkan ratusan warga Dongi-dongi dan penambang emas di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) hendak menyampaikan aspirasinya ke DPRD Sulteng untuk meminta tambahan waktu untuk membereskan material yang mereka miliki di lokasi penambangan sebelum aparat melakukan tindakan hukum.

Mereka juga keberatan dengan tindakan aparat sejak beberapa hari terakhir ini yang merazia dan menahan semua material batu dan pasir mengandung emas hasil tambang mereka sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi penambang.

“Kami mau meninggalkan lokasi itu, tapi beri kami waktu untuk mengeluarkan material yang terlanjur ditambang,” ujar seorang penambang.

Wakapolda Sulteng Leo Bona Lubis sebelumnya menegaskan bahwa berdasarkan hasil rapat koordinasi seluruh instansi terkait di tingkat Provinsi Sulteng, Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi dan Pemkot Palu, penegakkan hukum terhadap para penambang liar di Dongi-dongi dan Poboya, Kota Palu, akan dilakukan mulai Selasa (29/3).

“Upaya pendekatan persuasif dan sosialisasi agar penambang ilegal meninggalkan lokasi secara baik-baik sudah cukup lama dilakukan. Sosialisasi di Poboya sudah bertahun-tahun sedangkan di Dongi-dongi sudah berbulan-bulan, jadi tidak ada lagi toleransi bagi penambang liar itu,” ujarnya.

Sementara itu, di lokasi tambang Dongi-dongi, situasi tampak semakin sepi dan petugas keamanan mulai masuk menertibkan sejumlah penambang yang masih mencoba bertahan untuk melakukan aktivitas penambangan.

Tiga Balita Gizi Buruk Temukan di Sigi

Sigi, (Deadline News/koranpedoman.com)-Tiga balita di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, ditemukan menderita gizi buruk dan empat balita lain menderita gizi kurang. Penderita gizi buruk tersebut ditemukan berdasarkan analisis status gizi yang dilakukan oleh Karsa Institut kerja sama dengan bidan tenaga kesehatan yang ditempatkan di Kecamatan Pipikoro di kabupaten itu, kata Manajer Program Karya Institut Kabupaten Sigi Rahmat Saleh dalam siaran pers yang diterima di Palu, Kamis malam.

Ia mengatakan tiga balita tersebut masing-masing Egi (enam bulan) dari Desa Lonebasa, Puteri (4,4 tahun) dan Rifal (2,1 tahun) dari Desa Lawe-Lawe Kecamatan Pipikoro bagian barat.

Rahmat mengatakan berat badan Egi baru mencapai 2,5 kilogram. Berat badan tersebut jauh di bawah batas bawah berat bayi seusianya yang seharusnya sudah mencapai 6,4 kilogram. Sedangkan Puteri berat badannya baru mencapai 13,4 kilogram dan Rifal, berat badannya baru 9,5 kurang atau kurang 1,7 kilogram dari batas bawah bayi sesuainya.

Rahmat mengatakan Karsa Institut, salah satu lembaga swadaya masyarakat yang berjejaring di Sulawes Tengah melaksanakan Program Peduli Karsa Institute bersama bidan kesehatan yang ditempatkan desa yang masih jauh dari akses pelayanan kesehatan.

Tiga desa yang menjadi objek analisis gizi tersebut hanya terdapat satu bidan yang bertugas menangani tiga desa. Sementara jarak desa terpencar sejauh 15-25 kilometer. Hal ini diperparah dengan terbatasnya akses jalan yang berat, dan hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua.

Dari program itulah diketahui bahwa masih ada masyarakat yang menderita gizi buruk dan gizi kurang. Dia mengatakan dari program itu juga terungkap sebanyak empat balita lain mengalami gizi kurang. Rahmat kuatir kondisi kesehatan Balita tersebut akan terus menurun hingga akhirnya mengalami gizi buruk. Kasus ini sebelumnya dialami oleh Putri dan Rifal.

Dua balita tersebut pada penimbangan bulan sebelumnya (September 2014) keduanya masih teridentifkasi menderita gizi kurang. Namun, pada bulan berikutnya berat badan bayi terus menurun sehingga dapat dikategorikan gizi buruk.

Rahmat mengatakan Karsa Institut telah melakukan upaya penanganan dengan melibatkan para kader kesehatan dibantu tenaga kesehatan setempat. Upaya tersebut antara lain dengan memberikan makanan tambahan bayi dan susu.

Di samping itu, pendekatan khusus juga terus dilakukan secara intens kepada para orang tua, agar terlibat aktif dalam mengatasi permasalahan gizi sekaligus mencegah kejadian serupa agar tidak terulang kembali. (ant).***

Tiga Balita Gizi Buruk Temukan di Sigi

Sigi, (Deadline News/koranpedoman.com)-Tiga balita di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, ditemukan menderita gizi buruk dan empat balita lain menderita gizi kurang. Penderita gizi buruk tersebut ditemukan berdasarkan analisis status gizi yang dilakukan oleh Karsa Institut kerja sama dengan bidan tenaga kesehatan yang ditempatkan di Kecamatan Pipikoro di kabupaten itu, kata Manajer Program Karya Institut Kabupaten Sigi Rahmat Saleh dalam siaran pers yang diterima di Palu, Kamis malam.

Ia mengatakan tiga balita tersebut masing-masing Egi (enam bulan) dari Desa Lonebasa, Puteri (4,4 tahun) dan Rifal (2,1 tahun) dari Desa Lawe-Lawe Kecamatan Pipikoro bagian barat.

Rahmat mengatakan berat badan Egi baru mencapai 2,5 kilogram. Berat badan tersebut jauh di bawah batas bawah berat bayi seusianya yang seharusnya sudah mencapai 6,4 kilogram. Sedangkan Puteri berat badannya baru mencapai 13,4 kilogram dan Rifal, berat badannya baru 9,5 kurang atau kurang 1,7 kilogram dari batas bawah bayi sesuainya.

Rahmat mengatakan Karsa Institut, salah satu lembaga swadaya masyarakat yang berjejaring di Sulawes Tengah melaksanakan Program Peduli Karsa Institute bersama bidan kesehatan yang ditempatkan desa yang masih jauh dari akses pelayanan kesehatan.

Tiga desa yang menjadi objek analisis gizi tersebut hanya terdapat satu bidan yang bertugas menangani tiga desa. Sementara jarak desa terpencar sejauh 15-25 kilometer. Hal ini diperparah dengan terbatasnya akses jalan yang berat, dan hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua.

Dari program itulah diketahui bahwa masih ada masyarakat yang menderita gizi buruk dan gizi kurang. Dia mengatakan dari program itu juga terungkap sebanyak empat balita lain mengalami gizi kurang. Rahmat kuatir kondisi kesehatan Balita tersebut akan terus menurun hingga akhirnya mengalami gizi buruk. Kasus ini sebelumnya dialami oleh Putri dan Rifal.

Dua balita tersebut pada penimbangan bulan sebelumnya (September 2014) keduanya masih teridentifkasi menderita gizi kurang. Namun, pada bulan berikutnya berat badan bayi terus menurun sehingga dapat dikategorikan gizi buruk.

Rahmat mengatakan Karsa Institut telah melakukan upaya penanganan dengan melibatkan para kader kesehatan dibantu tenaga kesehatan setempat. Upaya tersebut antara lain dengan memberikan makanan tambahan bayi dan susu.

Di samping itu, pendekatan khusus juga terus dilakukan secara intens kepada para orang tua, agar terlibat aktif dalam mengatasi permasalahan gizi sekaligus mencegah kejadian serupa agar tidak terulang kembali. (ant).***

Diduga Berbuat Asusila, Anggota DPRD Sigi Didemo

Koalisi Masyarakat Anti Perbuatan Bejat (Kombat) lakukan demo di depan gedung DPRD Sigi
Koalisi Masyarakat Anti Perbuatan Bejat (Kombat) lakukan demo di depan gedung DPRD Sigi

” Anggota DPRD Sigi “Inisial AW” asal dapil IV ini diduga telah melakukan perbuatan asusila terhadap seorang perempuan yang diketahui masih berstatus istri saudara sekeyakinan yang saat iniĀ  berjihad mencari nafkah di Saudi Arabia ”

Ardi Jafar ( Deadline News)

SIGI – Puluhan warga Dolo Selatan Kabupaten Sigi didampingi Forum Pemuda Kaili (FPK) dan Gerakan Masyarakat Anti Korupsi (Gasak) Sulawesi Tengah yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Anti Perbuatan Bejat (Kombat), melakukan aksi demo di kantor DPRD Sigi kamis pekan lalu. Continue reading “Diduga Berbuat Asusila, Anggota DPRD Sigi Didemo”

Kantor Bupati Baru Sigi Dibuka, Diharapkan Pelayanan Lebih Maksimal Lagi

Peresmian kantor Bupati baru ini juga dirangkaikan dengan konsultasi serta diskusi bersama Wakil Ketua Komisi V DPR RI dan Anggota DPR RI Dapil Sulteng.
Peresmian kantor Bupati baru ini juga dirangkaikan dengan konsultasi serta diskusi bersama Wakil Ketua Komisi V DPR RI dan Anggota DPR RI Dapil Sulteng.

Ardi Jafar (koranpedoman),SIGI-Sulteng-Tepatnya Kamis 11 Desember 2014, Kantor Bupati Sigi yang baru di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromaru resmi dibuka dan mulai dioperasikan sebagaimana janji bupati sigi Aswadin Randa Lembah beberapa pekan yang lalu. Continue reading “Kantor Bupati Baru Sigi Dibuka, Diharapkan Pelayanan Lebih Maksimal Lagi”