Sejumlah Sekolah di Matra Kekurangan Mobiler

Andi Attas Abdullah (Deadline News/koranpedoman.com)-Pasangkayu-Sejum Sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan (SMA/SMK) di Kabupaten Mamuju Utara kekurangan mobiler (Kursi dan Meja). Sehingga siswanya dengan terpaksa belajar di lantai.
Pemandangan tidak sedap ini, dialami siswa SMA Negeri 2 Pasangkayu dan SMA Negeri 1 Bambaira. Kekurangan mobiler itu, akibat membludaknya siswa yang diterima di SMA Neg.2 Pasangkayu tahun ajaran 2016 ini. Sedangkan untuk SMA Neg.1 Bambaira memang sekolahnya masih baru dan nanti tahun ini ditempati.
Deangan demikian pihak dinas tidak melakukan perencanaan penerimaan siswa disekolah-sekolah, sehingga tidak dapat memperkirakan berapa siswa yang akan diterima untuk disesuaikan anggaran pengadaan mobiler. Artinya perencanaan di Dinas Pendidikan terkait pengadaan mobiler pada tahun ajaran baru tidak disesuaikan dengan rencana siswa yang akan diterima. Diduga keras, pengadaan mobiler tidak melalui Dinas Pendidikan pemuda dan olah raga, tapi justru dilakukan oleh Badan Perencanaan pembangunan Daerah (Bappeda), akibatnya banyak siswa belajar di lantai.
Hasil investigasi koranpedoman.com/koran Deadline News ditemukan seorang oknum pejabat di Bappeda bernama Muh.Abdu mengarahkan seorang rekanan bernama Hasbi untuk mengerjakan mobiler di SMK Neg.1 Sarjo. “SMK 1 Sarjo ini telah mendapatkan bantuan meja dan bangku, namun diduga kwalitasnya dibawah standar jika dibandingkan dengan yang dipesan dan dikerjakan pihak sekolah.
“Mobiler disini sebagian diadakan sekolah yang kwalitasnya jenis kayu jati. Sedangkan yang diadakan Hasbi atas perintah pak Abdu di Bappeda kwalitasnya kami tidak tahu,”ujar Kepsek SMK Neg.1 Sarjo Nur Elis menjawan media ini pekan lalu.
Ditanya kenapa ada intervensi dari pejabt Bappeda? Elis menjelaskan bahwa katanya orangnya pak Bupati, jadi ketika pak Hasbi datang ke saya, saya telpon pak Abdu, lalu pak Abdu menjawab kasi saja pak Hasbi karena beliau orangnya bupati. “Makanya saya berikan pekerjaan pengadaan meja dan kursi itu yang anggarannya senilai Rp, 44 juta dibagi dua ruangan,”kata Elis menambahkan. ***

Ortu Siswa Setujui Biaya Pemutuan SMA Madani Rp, 4 juta

Andi Attas Abdullah (Deadline News/koranpedoman.com)-Palu, Sabtu pagi (5/9-2015), SMA Negeri model terpadu Madani Palu bersama komite dan orang tua (Ortu) Siswa rapat bersama untuk mendiskusikan serta menetapkan berapa selayaknya biaya pemutuan dan anggaran bulanan (Komite) yang harus dibayarkan setiap bulan bagi siswa siswi kelas X?
Rapat itu berlangsung alot, sebab antara pembiayaan yang satu dengan yang lainnya terkesan doubel alias tumpang tindih. Seperti pembiayaan makan minum sudah dibiayai oleh APBD provinsi melalui Dikbud, tapi juga dibiayai oleh sumbangan sekolah. Namun begitu ortu siswa tetap menyetujui Rp, 4 juta sumbangan awal masuk sekolah yang dialokasikan untuk biaya pemutuan, dan dana pembelian baju serta atribut sekolah.
Sementara untuk biaya komite ditetapkan Rp, 200 ribu perbulan. Penetapan biaya komite itu merupakan harga dasar sejak tahun lalu. Jadi tidak ada perubahan. Demikian ditegaska. Siswanto selaku pemimpin rapat yang diamini oleh ketua komite dan kepala sekolah.
Sementara itu salah seorang orang tua siswa meminta agar para guru di SMA Madani untuk memberikan penilaian bagi anak sehingga orang tua tahu apa prestasi anak-anak mereka. Selain itu ortu juga minta dibuka komunikasi yang intensif antara siswa, ortu dan para guru. ***

SMP NEGERI 1 BATANG BUTUH SUMUR BOR AIR BERSIH

Jumatang (koranpedoman)-Jeneponto-Sulsel-Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Batang Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto sangat membutuhkan pengadaan sumur bor air bersih. Pasalnya jumlah siswa keseluruhan mulai dari kelas VII sampai IX sebanyak 293 orang siswa dengan jumlah personil guru yang mengajar sebanyak 27 orang, terdiri 15 orang PNS, 12 Guru Honorer, 3 orang pegawai negeri staf, 4 orang pegawai honorer staf. Sementara di sekolah tersebut tidak ada sumur bor air bersih. Demikian dikatakan Sukiman salah seorang guru kelas ketik ditemui di sekolah tersebut baru-baru ini.
Lebih jauh sukiman menambahkan, karena tidak adanya air bersih dalam lingkup SMP Negeri 1 Batang maka untuk sementara kalau ada siswa yang mau buang besar dan juga mau buang air kecil mereka buang air besar di mesjid agung besar camba-camba yang jaraknya dari sekolah ini kurang lebih 1 KM dan di sekolah ini mulai tidak ada air pada awal bulan april 2015 sampai sekarang. Karena air yang kita ambil melalui perpipaan dari dusun bontolaya desa camba-camba mengalami kerusakan.
Dengan tidak adanya lagi air bersih di sekolah ini maka sering terjadi kalau ada anak-anak mau buang air kecil di mesjid agung besar camba-camba sesudah buang air kecil orangnya tidak pulang lagi ke sekolah untuk belajar bersama teman-temannya.
Dengan tidak adanya air bersih di sekolah ini, kepala sekolah SMP Negeri 1 Batang Sudirman L. S.Pd bersama semua guru, pegawai dan siswa meminta kepada pemerintah jeneponto dalam hal ini bupati jeneponto Drs. H. Iksan Iskandar, M.Si untuk memberikan bantuan sumur bor air bersih. ***