Jakarta – Bank Indonesia sudah pernah mengkaji tentang ketahanan perusahaan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Jika kurs rupiah melemah hingga Rp 16 ribu per dolar AS, bank sentral memperkirakan ada sejumlah perusahaan publik yang nilai utang luar negerinya langsung melonjak.
»Hasil stress test ketahanan korporasi terhadap pelemahan nilai tukar menunjukkan 6 dari 53 korporasi publik yang memiliki utang luar negeri dan menjadi sampel observasi berpotensi insolvent (utang melampaui aset),” seperti dikutip dari Kajian Stabilitas Keuangan per September 2014 yang dipublikasikan Bank Indonesia per 10 Desember 2014 lalu.
Pada siang hari ini kurs tengah BI menyebutkan kurs rupiah berada di level Rp 12.900 per dolar AS atau jatuh di level terburuk sejak enam tahun terakhir. Gonjang-ganjing rupiah ini pun turut menggerus cadangan devisa per November lalu menjadi US$ 111,144 miliar atau turun dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 111,973 miliar.
Peringatan oleh Bank Indonesia terhadap peningkatan utang luar negeri swasta telah disampaikan sejak jauh hari sebelumnya. Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, pernah menyampaikan kekhawatiran adanya gagal bayar utang luar negeri dariswasta yang angkanya melampaui utang luar negeri pemerintah.
»Utang luar negeri swasta sebaiknya tidak menimbulkan currency mismatch. Hal ini terjadi misalnya utang jangka pendek digunakan untuk berinvestasi jangka panjang,” kata Agus pada medio April lalu. (sumebr Tempo.co)