Pengungsi Petobo Butuh Air Bersih

“PASPAMPRES & POL PP Halangi Penyampaian Aspirasi Warga PETOBO”

Nanang (deadline-news.com)-palusulteng-Siang itu Minggu (11/11-2018), sekitar pukul 13.30 wita, warga korban Likuifaksi di keluarahan Petobo yang berada di Camp Pengungsi (perempatan Petobo Atas) diwakili oleh sejumlah warga korban, gelar aksi.

Mereka bentang spanduk bertuliskan “Pak Wapres, Kami Butuh Air, Air, Air…!” Demikian dituliskan Yahdi Basma politisi Partai Nasdem yang juga warga Petobo dan Korban Likuifaksi itu, Ahad malam (11/11-2018), yang dikirim ke whatsApp deadline-news.com.

Menurutnya aksi sederhana ini, sengaja tanpa toa (pengeras suara), karena memang hanya sekedar ingin bentangkan spanduk agar dapat dibaca oleh Wakil Presiden HM Jusuf Kalla yang sedang kunjungan kerja meninjau proyek hunian sementara (HUNTARA) di Sigi dan Petobo-Palu.

Kata Yahdi, puluhan warga korban yang sedari pagi bersiap menunggu Wapres di Pengungsian, diminta oleh Paspampres untuk tutup spanduk dengan argumentasi bahwa bentangkan spanduk, tidak sesuai SOP Kunjungan Kerja Wapres.

Diketahui, sejak bencana 28 September 2018, hingga kini, 11 Nopember 2018, jumlah pengungsi warga Petobo yang selamat dari gulungan likuifaksi di Camp Petobo Atas sedikitnya 3.011 jiwa. Mereka sangat kekurangan pemenuhan kebutuhan air bersih.

Sistem supplay air bersih dari tangki-tangki ke tandon warga, berlangsung selama ini, menyisakan berbagai masalah baru, selain penyakit dan problem sosial bawaan.

“Problem sosial bawaan dimaksud, karena camp-camp pengungsi tidak semua miliki tandon. Kecemburuan antar warga jadi masalah baru. Tangki yang aktif supplay, selain PMI (14 ret rata-rata per hari), Damkar dan sejumlah Relawan. Saat masa Tanggap Darurat memang cukup memadai, karena banyak supplay dan jumlah pengungsi belum lebih 1.500 jiwa,”jelas Yahdi.

Yahdi menegaskan hari ke hari sejak Tanggap Darurat dicabut 16 Oktober 2018, Camp Petobo Atas ini warga berbondong-bondong berdatabgan, setelah sebelumnya mengungsi di berbagai tempat lain seputar Kota Palu dan Loru Sigi.

Aksi Bentangkan Spanduk yang dilakukan oleh Forum Warga Korban Likuifaksi Petobo, itu justru di tutupi oleh barikade puluhan intel & Sat Pol PP.

“Lipat paksa spanduk nya…!” Demikian hardik salah satu Paspampres. Seketika seorang pakaian sipil (intel) memaksa warga yang pegang spanduk, namun warga bertahan dan tetap bentangkan spanduk.

Walhasil, saking enggannya redaksi spanduk dibaca Wapres, puluhan Intel dan Pol PP ini lalu barikade dengan cara berjejer depan Spanduk yang di pegang warga, dengan berdiri berbaris ketat tidak beri celah sejengkal pun agar SPANDUK ditutupi oleh barisan badannya.

Atas sikap anti-aspirasi yg dipertontonkan Aparat Sipil (Pol PP) dan sejumlah intel ini, Forum Warga Korban Likuifaksi Petobo sampaikan sikap :

  1. Mendesak Pemerintah/Pemda laksanakan kewajibannya terhadap kebutuhan pokok warga khususnya pemenuhan AIR BERSIH;

  2. Menolak pelaksanaan proyek Air Bersih dengan metode sumur bor, yang saat ini sedang dilaksanakan, kecuali Pemerintah segera menyampaikan rekomendasi ilmiah dari Otoritas Geologi bahwa dengan Sumur Suntik/Sumur Bor, tidak berdampak bagi kerentanan gempa di masa depan. Warga butuh layanan informasi ilmiah yang memadai, dan wajib dilakukan Pemerintah.

  3. Menyesalkan dan meminta Pimpinan Paspamres & Kaban Pol PP Kota Palu, untuk beri penjelasan, SOP mana yg dimaksud bahwa SPANDUK tak bisa dipasang di titik kunjungan kerja Kepresidenan. Seharusnya telisik pada isi spanduk, bukan benda nya. Isi spanduk yang dibentangkan warga hanya soal satu aspirasi pokok yang terkait hajat hidup orang banyak. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top