Pembantaian di Sigi Mengusik Kedamaian

 

Jum’at (27/11-2020), Sigi provinsi Sulawesi Tengah berdarah, tepatnya
di Trans Levonu Dusun 5 Tokelemo Desa Lembantongoa, mengusik kedalamaian di daerah itu.

Empat orang dinyatakan meninggak dunia dalam aksi pembantaian itu. Dan seratusan kepala keluarga (KK) mengungsi. Adalah kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) diduga terlibat dalam pembantain sadis itu.

Masyarakat tak tahu persoalan jadi sasaran mereka. Bahkan siapapun dapat diperdaya oleh mereka.

Ironisnya kelompok MIT ini sudah tahunan diburu oleh satuan tugas (Satgas) Tinombala yang merupakan gabungan TNI – Polri.

Tapi sampai saat ini kelompok itu belum juga tuntas, bahkan selalu menunjukka eksistensinya, padahal nyata-nyata menjadi ancaman bagi warga Bangsa dan Negara.

MIT Pimpinan Ali Kalora itu kata Satgas Tinombala tinggal 11 orang. Mereka bergerak dalam hutan di tiga wilayah Kabupaten di Sulteng. Yakni Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan Sigi.

Sudah miliyaran rupiah yang digelontorkan oleh negara untuk membasmi kelompok radikal itu. Tapi kenyataannya sampai saat ini belum juga dituntaskan.

Edmon Leonardo dalam pernyataannya disalah satu media lokal, menilai kelompok MIT masuk kota dan berulah, sementara aparat tidak siap.

Kritikan advokat itu terhadap aparat keamanan, terkhusus satgas Tinombala tentu beralasan. Sebab beberapa kali aksi-aksi pembataian yang diduga dilakukan kelompok MIT pimpinan Ali Kalora itu dalam setahun ini. Baik di wilayah Poso, Parimo maupun Sigi.

Pembantaian di Sigi yang diduga dilakukan kelompok MIT itu, tentu saja mengusik kedamaian. Bagaimana tidak, ditengah pandemi vovid19, yang mangharuskan orang harus di rumah saja.

Warga yang berada di rumah saja tentu merasa ketakutan, khususnya mereka yang berada didekat lokasi pembantaian dan pembakaran rumah warga tersebut.

Belum lagi pesta demokrasi dan hari natal bagi umat kristiani didepan mata, tentu butuh kedamaian dan ketentraman didalam menyambutnya. Tapi dengan adanya tragedi berdarah dan sadis itu tentunya mengusik kedamaian.

Kita harus yakin bahwa tindakan pembantaian itu bukanlah soal agama. Bahkan boleh dikata, tindakan biadab itu bukanlah prilaku bagi orang beragama. Sebab agama manapun tak ada yang mengajarkan pembunuhan secara sadis itu.

Satgas Tinombala dibawah komando Kapolda Sulteng Irjen Pol.Abdul Rakhman Baso diharapkan mampun menuntaskan dan membasmi kelompok radikal itu. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top