Gerbong Maut Bondowoso Tewaskan 48 Orang Pejuang NKRI

Zwaeb Laibe-(deadline-news.com)-Bondowoso-Namanya ‘Monumen Gerbong Maut’. Monumen yang terletak di tengah Kota Bondosowo-Jawa Timur ini, yang berdiri tepat di depan kantor Bupati Bondowoso, sengaja dibangun untuk mengenang peristiwa ‘maut’ yang menyebabkan tewasnya 48 orang pejuang kemerdekaan RI di Bondowoso. Mereka adalah tawanan Kolonial Belanda. Mereka tewas di dalam gerbong kereta api dalam perjalanan saat dipindah dari penjara Bondowoso ke penjara di Surabaya.

Mereka dipindahkan menggunaka gerbong kereta api barang yang tak berventilasi. Di dalamnya gelap gulita, panas, penuh sesak yang mengakibatkan kekurangan oksigen untuk bernafas. Tak ada makanan dan minuman untuk mereka.

Peristiwa maut ini terjadi pada tanggal 23 November 1947. Walau eaktu itu Soekarno-Hatta sudah memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, namun Belanda kembali ingin menduduki Indonesia. Mereka pun menginvasi berbagai daerah di wilayah Indonesia, termasuk mendaratkan tentaranya di bagian Timur Pulau Jawa melalui Pantai Pasir Putih Situbondo.
Dari sanalah Belanda mulai melakukan aksi milternya, tak terkecuali menyerang dan menangkap para pejuang kemerdekaan republik ini hingga ke daerah Bondowoso.

Mereka ditangkap, disiksa, dan dipenjarakan. Dalam waktu sekejap penjara Bondowoso penuh. Dercatat ada sekitar 637 orang pejuang asal Bondowoso yang menghuni penjara itu. Belanda pun memutuskan, tahanan yang termasuk dalam ‘pelanggaran berat’ akan dipindahkan ke penjara di Surabaya.

Dari sinilah proses kematian mereka berawal. Mereka dipindahkan dengan menggunakan kereta api dalam tiga tahap. Setiap tahap mengangkut 100 orang tahanan. Pemindahan tahap I dan II berjalan dengan baik, karena gerbong yang digunakan terdapat ventilasi udara seluas 10-15 cm, Di setiap stasiun yang disinggahi para tahanan mendapatkan makanan dari orang yang mendekati gerbong sehingga tidak kelaparan.

Namun, pada pemindahan tahap III petaka ‘maut’ yang membuat mereka meregang nyawa terjadi. Sebab, gerbong yang digunakan berbeda dengan gerbong yang digunakan pada pemindahan tahanan tahap I dan II. Gerbong tahap III ini tanpa ventilasi. Para tahanan pun tak mendapatkan makanan. Tentara Belanda melarang orang-orang mendekati gerbong saat berhenti di setiap stasiun yang dilalui.

Pemindahan tahap III ini diberangkatkan menggunakan tiga gerbong. Gerbong I diisi 32 orang, gerbong II 30 orang, dan gerbong III 38 orang. Para tahanan dinaikkan ke gerbong secara paksa 30 menit sebelum lokomotif dari Situbondo yang akan menarik gerbong itu mampir di stasiun Bondowoso. Setelah semua tahanan masuk, gerbong ditutup dan dikunci rapat dari luar.

Tepat pukul 07.30 kereta yang mengangkut para tahanan diberangkatkan dari stasiun Bondowoso menuju Surabaya.
Suasana di dalam gerbong gelap gulita, udara terasa panas. Mereka mulai sesak akibat oksigen yang sangat terbatas. Saat dalam perjalanan para tahanan mencoba menggedor-gedor dinding gerbong namun tak digubris tentara Belanda yang mengawal mereka.

Pagi beranjak siang, suasana di dalam gerbong yang terbuat dari plat baja itu kian panas menyiksa. Tak ada air minum apalagi makanan. Beberapa tahanan yang kehausan terpaksa meminum air kencing temannya sendiri. Sepanjang perjalanan, mereka hanya bisa pasrah tanpa bisa melakukan apa-apa. Hidup mereka sepenuhnya dissrahkan kepada Tuhan.

Setelah menempuh perjalanan yang begitu menyiksa selama 13 jam lebih, kereta akhirnya tiba di stasiun Wonokromo, Surabaya. Sekitar pukul 20.00, para petugas Belanda mulai membuka gerbong dan menyuruh para tahanan untuk keluar, namun tak ada jawaban dari dalam gerbong.

Saat gerbong diperiksa, sebanyak 48 orang tahanan meninggal akibat lapar, haus, dan kepanasan. Pada gerbong III yang berisi 38 tahanan, semuanya meninggal, gerbong II terdapat 8 orang yang meninggal, dan gerbong I ada 2 orang yg meninggal. Hampir semua yang meninggal kulitnya melepuh dan terkelupas akibat terpanggang panasnya gerbong yang terbuat dari besi baja.

Kini, gerbong-gerbong yang menjadi saksi bisu perjuangan mereka diabadikan di tengah kota Bondowoso yang terkenal dengan nama ‘Monumen Gerbong Maut’.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top