Dilarang Mudik, Para Sopir Angkutan Menjerit

 

Antasena (deadline-news.com)-Pinrangsulsel-Kebijakan Pemerintah melarang mudik dan menutup pintu perbatasan antara kota dan daerah rupanya menjadi derita tersendiri bagi para sopir angkutan umum baik kota maupun antar daerah.

Apalagi pemerintah hanya memberikan kompensasi bagi pengusaha angkutan. Sedangkan para sopir pete-pete atau taxi kota dan antar kota yang milik pribadi tidak jelas.

“Kami para sopir angkutan antar kota dan daerah memohon kepada Bpk.Gurbenur/walikota dan bupati jangan tutup pintu rezeki kami. Kasihan anak istrikami, apalagi ini hanya setahun sekali. Mohon dipertimbangkan lagi kebijakannya,”kata Rustam dengan nada sedih kepada deadline-news.com di kota Pinrang Kamis (29/4-2021).

Menurutnya dengan menutup pintu keluar masuk Propinsi/kota dan kabupaten secara tidak langsung membunuh mata pencaharian para sopir angkutan antar kota dan daerah.

“Tolong jangan biarkan anak-anak kami menangis pilu di saat anak-anak kalian para pejabat tertawa gembira. Jangan biarkan kami kelaparan di saat kalian terlelap tidur karena kekenyangan,”tutur Rustam yang berprofesi sopir angkutan Pinrang Makassa-Polman sampai Mamuju.

Ia menegaskan karena anak, istri berikut kredit mobil kami tidak di tanggung oleh negara.

“Kenapa harus kami yang di korbankan karena ketakutan kalian yang tidak kami takuti,”tegas Rustam.

Ia menuturkan yang dia takuti apabila anak dan istri mereka mati kelaparan, karena tidak dapat makan. Sebab mata pencaharian mereka hanya mengandalkan penumpang. siapakah yang akan bertanggung jawab?

“Padahal Allah menyuruh kami tetap berusaha dan bertanggung jawab kepada anak dan istri kami. Itu yang kami pertanggung jawabkan di akhirat nanti.

Kenapa kami selalu di hadapkan dengan aparat hukum di bentak di hardik seakan kami ini teroris.padahal kami ini adalah pejuang dan pahlawan bagi keluarga kecil kami,”kata Rustam dengan nada sedih.

Kata Rustam disaat para pejabat berbagi THR, kami hanya bisa berkata ‘Apakah esok hari anak-anak kami dapat makan.

Apakah kalian pernah merasakan di saat semua orang tidur nyenyak ada seorang sopir tetap terbangun dan bekerja menafkahi keluarganya demi memberikan kehidupan yang layak untuk anak istrinya.

“Apakah ada cara lain yang bijak dengan tidak membunuh mata pencaharian kami. Berilah aturan yang adil buat kami semoga dapat hidayah,”ujar Rustam.

Kata Rustam kematian itu menjemput kita dimanapun berada, baik sakit maupun tidak, karena itu adalah kewenangan Allah SWT.

“Artinya sakit belum tentu mati, dan banyak orang tidak sakit tiba-mati. Kami tidak takut mati karena covid19, tapi kami takut istri dan anak-anak kami mati karena kelaparan. Tegasnya segala sesuatu yang terjadi karena izin Allah SWT. Olehnya pemerintah berhentilah menghalang-halangi rakyat mencari nafkah terkhusus sopir angkutan umum, antar kota dan daerah,”pinta Rustam.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top