Diduga Korban Janji Pilkada, Warga Desa Pebatae Salat di Masjid Darurat

“Keluarga Kami selama ini memang suka membangun Masjid,jadi tidak ada kaitannya dengan Politik”

foto Masjid darudat di desa Pebatae yang dibangun dilahan bekas Pustu. foto Bang Doel/deadline-news.com
foto Masjid Hidayatullah desa Pebatae yang tengah dibangun kembali setelahdi bongkar untuk dibangun kembali dengan biaya bantuan dari Hj.Arnila yang akrab disapah Hj.Cica. foto oleh Bang Doel/deadline-news.com

Bang Doel (deadline-news.com)-Morowalisulteng-Diduga korban janji pemilihan kepala daerah (Pilkada) Juli 2018 lalu, warga Desa Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah terpaksa salat di Masjid darurat.

Pasalnya masjid permanen yang diberi nama Hidayatullah itu sudah dibongkar habis, dengan diduga dijanji akan dibangun kembali oleh salah satu tiem pasangan calon Kepala daerah ketika itu.

Mesjid darurat itu didirikan dibekas puskes mas pembantu (Pustu) Desa Pebatae yang berada di pinggir ruas jalan nasional Morut-Morowali-Sultra.

Masjid itu terbuat dari kayu bekas Masjid Hidayatullah dan kayu bekas Pustu Desa Pebatae. Mesjid itu berlantai semen dan pasir. Dan dinding disekelilingnya terbuat dari papan dan seng. Sedangkan lantainya terbuat dari beton yang diatasnya terhampar karpet masjid berwarna merah dan hijau.

Mesjid darurat itu didirkan beberapa bulan lalu, setelah Masjid besar Hidayatullah di Desa Pebatae itu dibongkar habis, dan dijanjikan oleh salah satu tiem pasangan calon Kepala daerah saat Pilkada akan dibangun kembali Masjid permanen yang lebih bagus, yang penting Paslon yang didukungnya dapat menang di Desa tersebut.

“Masjid kami ini darurat dan sementara saja, karena masjid permanen kami sekitar 100 meter dari sini tengah direhab, setelah dibongkar dan dijanjikan akan dibangun kembali secara permanen dan lebih bagus lagi oleh salah satu tiem Pasangan Calon Kepala Daerah pada Pilda lalu,”kata salah seorang jamaa masjid yang mengaku warga Desa Pebatae setelah salat Jum’at (15/3-2019).

Menurut warga desa Pebatae yang juga bertindak sebagai Khatib pada Jum’at itu, masyarat di Desanya bertanya-tanya, kenapa Masjidnya belum dibangun-bangun juga. Padahal dijanjikan oleh salah satu Tiem Paslon Bupati terpilih jika menang, maka masjid Hidayatullah segera dibangun pada bulan September 2018 lalu.

“Dan alhamdulilla setelah masyarakat di Desa kami ini bertanya-tanya, kenapa Masjidnya belum dibangun juga, padahal tiem paslon Bupati dan Wakil Bupati yang menjanjikan akan membangun masjid itu sudah menang. Bahkan sudah dilantik. Dan baru-baru ini sudah mulai proses pembangunan dengan biaya katanya kurang lebih Rp,2 miliyar dari seorang pengusaha yang juga tiem paslon pemenang Bupati dan Wakil Bupati pada Pilkada Juli 2018 tahun lalu bernama Hj.Cica,”ujar Jamaah Masjid darurat Hidayatullah itu.

Kata warga di Desa Pebatae adalah Hj.Icca yang membantu membangun Masjid permanen Hidayatullah itu.

“Biaya pembangunan masjid Hidayatullah ini, dibantu oleh Hj.Cica, yang katanya anggarannya setelah kami tanya ke konsultannya sekitar Rp, 2 miliyar dan akan selesai dalam waktu 6 bulan,”jawab lelaki yang menggunakan gamis warna putih saat ditanya itu.

Sementara itu Hj.Arnila yang akrab dipanggil Hj,Cica oleh warga Pebatae menjawab deadline-news.com via telepon genggamnya Sabtu (16/3-2019), mengatakan pembangunan Masjid Pebatae, tidak ada hubungannya dengan pencalekan dirinya, maupun politik.

Menurutnya membangun Masjid niatnya hanya beramal, dan sudah beberapa masjid yang dibangunnya.

“Pembangunan Masjid desa Pebatae tidak ada hubungannya dengan pencalegkan saya maupun politik, niatnya tulus, ikhlas membangun masjid. Karena memang keluarga saya suka bangun masjid,”kata Hj.Cica dari balik telepon selulernya.

Disinggung kapan selesai dan berapa anggarannya Masjid Hidayatullah di Desa Pebatae itu? jawab Hj.Cica tidak perlu kami sebutkan, karena itu urusan saya dengan Tuhan. Dan kapan selesai itu juga tidak ada target karena bukan proyek, tapi diusahakan secepatnya.

“Saya bangun Masjid itu karena memang sudah selayaknya. Sebab ada kebun kelapa sawit saya disana. Jadi sudah selayaknya kami bangun masjid di desa Pebatae karena selama ini kekayaan alamnya melalui kebun Sawit ada rezeki yang kami dapatkan. Dan kebetulan tahun ini ada kelebihan rezeki dari kebun sawit kami di desa itu, sehingga baru tahun ini dapat direalisasikan pembangunan Masjid tersebut. Karena sebelumnya terlebih dahulu kami telah membangun masjid ditempat lain. Dan tahun ini giliran Masjid desa Pebatae,”aku Hj.Cica. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top