Catatan Kritis 2 Tahun Pemerintahan Prof Andalan

 

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, dan masa kepemimpinan Prof Nurdin Abdullah – Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan) telah berusia 2 tahun. Tanggal  5 September 2018 merupakan momentum bersejarah bagi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Sulawesi Selatan Prof Andalan itu. Sebab tanggal 5 September itu mereka dilantik di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo bersama beberapa Gubernur dan Wakil Gubernur lainnya.

foto kondisi ruas jalan dari Desa Pangaparang yang menghubungkan Desa Salisali, Mesakada dan Suppirang (SMS) Kecamatan Lembang Kab.Pinrang. foto Bang Doel/deadline-news.com

Tidak dapat dipungkiri banyak inovasi telah dilakukan diera kepimpinan Prof Andalan itu. Diantaranya sinergisitas pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus terbangun antara kabupaten dan walikota, sehingga beberapa program pembangunan dapat berjalan dengan baik.

foto bendungan Paku Kabupaten Polman Provinsi Sulbar yang berada di Sungai Binanga Karaeng Desa Benteng Paremba Kec.Lembang Kab.Pinrang. foto Bang Doel/deadline-news.com

Adalah pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di daerah terisolir seperti Seko, Rampi dan koneksitas Bua Luwu ke Toraja. Selain itu proses percepatan penyelesaian Bandara Buntu Kunik Toraja untuk mendorong pembangunan dan peningkatan ekonomi masyarakat disektor pariwisata dan perkebunan (Kopi).

Jembatan Sungai Salulue-Kandoka yang rusak parah. (19/2-2015). FT Dok/DN.

Sektor pertanian, tanaman pangan (agrobisni-food supply chain). agroindustry, kelautan dan perikanan, Jasa dan Pendidikan serta sarana dan prasarana olahraga semuanya tak luput dari perhatian pemerintahan Sulsel dibawa Kepemimpinan Prof Andalan.

foto sawah tada hujan di Kec.Lembang Kab.Pinrang Provinsi Sulsel. foto Bang Doel/deadline-news.com

Luwu Raya dan Toraja menjadi perhatian khusus pemerintahan Nurdin Abdullah – Andi Sudirman. Mungkin karena potensi alamnya yang sangat menjanjikan sehingga Luwu Raya dan Toraja menjadi perhatian khusus, sampai-sampai Gubernur Nurdin sering berkantor di kota Palolo.

Perlakuan khusus Luwuk Raya dan Toraja oleh Gubernur Nurdin Abdullah tentu saja membuat masyarakat di daerah lain iri. Betapa tidak bukan hanya Luwu Raya dan Toraja sebagai pembawa kemenangan prof Andalan di Pilgub Sulsel 2018 lalu. Namun daerah lain ikut andil, seperti Pinrang misalnya.

Namun daerah pelosok Kabupaten Pinrang seperti di Kecamatan Lembang terdapat beberapa wilayah tergolong terisolir, akibat ruas jalan yang tak terkoneksi antara pelosok satu dengan yang lainnya.

Kalaupun terkoneksi, namun ruas jalan dan jembatan perlu ditingkatkan, sebab sudah rusak parah. Apalagi janji kampanye 2 tahun lalu “Akan membangun” infrakstruktur di wilayah-wilayah terisolir dan meningkatkannya dengan cara kerjasama yang baik dengan Kabupaten Pinrang.

Secara aturan mungkin memang kabupaten Pinrang yang bertanggungjawab atas ruas jalan dan jembatan yang menghubungkan Desa Pangaparang, Benteng Paremba (Pattinjo-Lombo), Salisali, Mesakada, Suppirang, Ulussadang, Basseang dan Tadokkong.

Namun bagaimanapun Pemprov Sulsel ikut bertanggungjawab atas perbaikan dan peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan di daerah-daerah terpencil.

Paling tindak ada dukungan anggaran dari Pemprov Sulsel ke Kabupaten Pinrang untuk pembangunan dan perbaikan ruas jalan dan jembatan di desa-desa terpencil nan terisolir itu.

Bukan itu saja, tapi irigasi untuk pengairan sawah masyarakat di daerah Dumpanua (Pekkabata dan Bungi) serta Lembang (Tuppu dan Pangaparang) sangat dibutuhkan. Sebab ratusan hektar sawah dan tambak masyarakat perlu pengairan.

Hanya saja dukungan irigasi untuk masyakat petani di wilayah Tadokkong, sampai Pangaparang belum tersedia. Padahal jika pemerintah provinsi dan Kabupaten Mau, maka pintu air dari bendungan Bila dapat dibuka satu atau dua pintu untuk pengairan sawah masyarakat di wilayah Tadokkong sampai Desa Binanga Karaeng dan Pangaparang.

Pada jaman pemerintahan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nukmang petani hanya dijanjikan untuk dibangunkan irigasi. Namun sampai akhir masa jabatan 2 periode tidak ada realisasi. Bupati Andi Aslam Patonangi hanya memberikan bantuan pompanisasi ke petani.

Tapi tidak dapat memberikan suplay air yang maksimal. Sehingga saat musim kemarau tiba, petani mengalami kekeringan dan padinya gagal panen.

Celakanya lagi bendung Paku hanya dimanfaatkan untuk masyarakat petani Polewali Mandar (Polman). Padahal sungai galang-galang atau yang dikenal Binanga Karaeng itu berada di perbatasan antara kabupaten Pinrang dan Kabupaten Polman.

Sungai Binanga Karaeng itu membelah dua daerah itu, sehingga menjadi batas antara Sulsel dan Sulbar. Bahkan akibat bendung Paku itu, mengancam kerusakan lahan perkebunan warga Lombo dan Kandoka. Sebab tebing sungai sering longsor akibat bendung Paku itu.

Semoga saja di tahun ke 3 pemerintahan Prof Andalan (Nurdin Abdullah – Andi Sudirman Sulaiman) daerah Lembang Kabupaten Pinrang mendapat perhatian khusus, baik disegi pembangunan infrastruktur jalan, jembatan maupun irigasi dapat terlaksana dengan baik. Sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

Mungkin 2 tahun kemarin masih dapat dimaklumi masyarakat jika belum kebagian kue pembangunan secara merata. Apalagi bencana non alam yakni covid19 masih mengancam.

Namun bagaimanapun kehidupan normal baru harus memberikan efek yang baik untuk kebutuhan umum masyarakat seperti perbaikan dan pembangunan jalan, jembatan dan irigasi di daerah perbatasan Sulsel dan Sulbar itu. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top