Berkorban Untuk Kesuksesan Palu Nomoni

Gawean Seni, Budaya dan wisata yang dikemas dalam festival Palu Nomoni untuk memperkenalkan tempat-tempat wisata di Kota Palu, memang terbilang sukses. Festival Palu Nomoni ini dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Arif Yahya.
Festival itu dipusatkan di Pantai Teluk Palu. Ratusan warga Kota Palu dan dari daerah sekitarnya memadati lokasi festival Palu Nomoni itu. Namun sayangnya tak ada akses jalan bagi kendaraan bermotor. Sebab semua jalan-jalan yang menghubungkan ke pusat kegiatan itu ditutup. Kendaraan bermotor tidak diperkenankan masuk ke areal itu. Bahkan para penjual ikan sepanjang jalan cumi-cumi kelurahan Lere terpaksa istirahat menjual selama kegiatan itu berlangsung. Termasuk para nelayan, tidak turun kelaut mencari ikan, sebab tempat jualan mereka tertutup akses jalan bagi pembeli.
“Ya demi Palu Nomoni kami terpaksa korbankan tiga hari untuk tidak berjualan. Karena tidak ada akses jalan bagi pembeli datang kemari. Karena sepanjang jalan pantai teluk Palu, yakni mulai dari prampatan ujung jalan cumi-cumi dengan jalan Diponegoro-Malonda sampai jalan Kampoeng Nalayan ditutup. Sehingga pembeli ikan tidak akan mungkin kesini, kata seorang penjula Ikan yang mengaku bernama Asni itu.
Hanya kendaraan tradisional Dokar, sado alias Bendi yang diperbolehkan masuk ke lokasi festival Palu Nomoni itu. Walikota Palu sebagai pemimpin kota ini, mestinya berterima kasi kepada masyarakat penjual ikan sepanjang jalan cumi-cumi itu. Sebab mereka rela menutup jualannya selama festival Palu Nomoni itu berlangsung. Bayangkan mereka rela berhenti 3 hari untuk tidak menjual demi penghargaannya bagi gawean yang katanya akan mendunia itu.
Tiga hari tidak berjualan ikan, tentunya mereka merugi jutaan rupiah. Tapi karena cintanya terhadap kota Palu, sehingga mereka legowo istirahat selama kegiatan itu berlangsung. Apakah ada konpensasi bagi mereka? Entahlah. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top